Mayoritas Mata Uang Asia Pasifik Melemah, Dampak Konflik Iran-Israel

Mayoritas nilai tukar di Kawasan Asia Pasifik melemah terhadap US Dollar, pada senin (15/04) seperti Baht Thailand, Won Korea dan Ringgit Malaysia
EmitenNews.com - Peningkatan konflik geopolitik Iran dan Israel pada akhir pekan kemarin memberi dampak terhadap kondisi perekonomian global. Harga minyak mentah global masih berfluktuasi.
Pada perdagangan (15/04) harga minyak mentah jenis Brent melemah 0,18% (dtd) ke level 90,29 USD/Barel, jauh lebih tinggi jika dibandingkan posisi 1 Januari 2024 sebesar 77,4 USD/Barel. Sedangkan minyak mentah jenis WTI turun 0,28% ke level 85,42 USD/Barel, lebih tinggi dibandingkan posisi 1 Januari 2024 sebesar 71,65 USD/Barel.
Eskalasi konflik geopolitik tersebut juga telah membuat indeks US Dollar meningkat, yang menyebabkan melemahnya indikator finansial sejumlah negara terutama emerging market.
Mayoritas nilai tukar di Kawasan Asia Pasifik bergerak melemah terhadap US Dollar, pada senin (15/04) seperti Baht Thailand dan Won Korea terdepresiasi sebesar 0,24% (dtd), dan Ringgit Malaysia sebesar 0,24% (dtd).
Mayoritas bursa di Asia Pasifik juga bergerak di zona merah. Pada Penutupan Pasar (15/04) indeks FKLCI Malaysia melemah 0,55% (dtd), diikuti Kospi sebesar 0,42% (dtd).
Untuk Indonesia, Bursa Efek Indonesia dan Pasar Spot Rupiah domestik masih ditutup seiring dengan adanya libur Hari Raya Idulfitri. Namun demikian berdasarkan data pasar spot luar negeri (Trading Economics), nilai tukar Rupiah berada di level Rp16.060 atau mengalami apresiasi 0,31% (dtd), lebih baik dibandingkan negara- negara lain seperti Korea, Filipina, dan Jepang.(*)
Related News

Tutup Tahun 2024, Citra Putra Realty (CLAY) Catat Pendapatan Rp230M

Tambah Porsi, Tiara Intimahkota Kini Kuasai 36 Persen Saham AKPI

CIMB Niaga Finance Catat Pertumbuhan Aset & Pendapatan Melesat 23%

Diberdayakan BRI, Warung Legendaris Ini Laris Saat Lebaran

Diskon Tarif Tol dan PPN DTP Tiket Pesawat Ikut Tahan Laju Inflasi

Konsumsi Masyarakat dan Optimisme Industri Perkuat Pemulihan Ekonomi