EmitenNews.com - Bank-bank milik negara (Himbara) atau Bank BUMN tengah kompak untuk mempertebal likuiditasnya. Caranya dengan menggelar penerbitan obligasi.

Namun kali ini obligasi-obligasi tersebut bertujuan untuk pembiayaan berkelanjutan untuk memperkuat praktik bisnis Environmental, Social, and Governance (ESG).

Seperti yang belum lama ini diumumkan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI). Pada (5/12), BTN merilis prospektus ringkas penawaran umum berkelanjutan obligasi berwawasan sosial berkelanjutan I dengan target dana Rp10 triliun. Dari situ, BTN bakal menggelar obligasi berwawasan sosial berkelanjutan I tahap I Rp300 miliar.

Obligasi tersebut punya tingkat bunga tetap 5,3% yang telah efektif pada 4 Desember 2025 dengan masa penawaran umum 8-9 Desember 2025 dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 15 Desember 2025.

Menurut prospektus itu, seluruh dana yang hasil Penawaran Umum Obligasi Berwawasan Sosial ini, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan dipergunakan oleh BTN untuk pembiayaan dan/atau pembiayaan kembali, baik seluruh maupun sebagian, proyek sosial baru dan/atau sudah ada yang mendukung kategori layanan infrastruktur dasar yang terjangkau baik dari segi akses maupun harga, perumahan yang terjangkau, dan/atau perception lapangan kerja, serta program yang dirancang untuk mencegah dan/atau mengurangi pengangguran, termasuk pembiayaan usaha kecil menengah dan pembiayaan mikro.

Selain menawarkan obligasi berwawasan sosial, BTN juga merilis obligasi subordinasi berkelanjutan I dengan target dana Rp5 triliun. Di sini, BTN akan merealisasikan obligasi subordinasi berkelanjutan I tahap I Rp2 triliun.

Untuk yang satu ini, BTN akan menggunakan dana yang diperoleh dari hasil emisi Obligasi Subordinasi ini setelah dikurangi biaya-biaya emisi, seluruhnya akan dipergunakan oleh Perseroan untuk memperkuat struktur permodalan dengan diperhitungkan sebagai modal pelengkap (Tier-2) dalam rangka ekspansi kredit.

Selain BTN, Bank Mandiri sudah lebih dulu merilis rencana Obligasi Keberlanjutan Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2025 (Sustainability Bond) dengan target nominal penerbitan sebesar Rp5 triliun. Direktur Treasury and International Banking Bank Mandiri Ari Rizaldi menyampaikan bahwa penerbitan obligasi keberlanjutan ini menunjukkan komitmen perseroan dalam memperkuat praktik pembiayaan yang selaras dengan agenda transisi dan keberlanjutan nasional.

“Instrumen ini kami susun untuk menghadirkan pembiayaan yang semakin relevan dengan kebutuhan transformasi ekonomi. Dengan sinergi yang tepat, kami ingin memastikan bahwa pertumbuhan bisnis sejalan dengan keberlanjutan dan memberikan nilai tambah bagi masyarakat,” ujar Ari Selasa (2/12).

Lebih lanjut, obligasi keberlanjutan ini akan diterbitkan dalam tiga seri dengan tingkat bunga tetap dan tenor 370 hari, 3 tahun, dan 5 tahun. Pembayaran bunga dilakukan setiap tiga bulan melalui KSEI dengan distribusi awal dijadwalkan pada 19 Desember 2025. Penawaran awal berlangsung 28 November sampai 4 Desember 2025. Masa penawaran umum akan dilaksanakan pada 15 sampai 16 Desember 2025, diikuti penjatahan pada 17 Desember 2025 dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia pada 22 Desember 2025.

BTN dan Bank Mandiri tidak sendiri dalam memperkuat pembiayaan berwawasan sosial. Ternyata, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sudah lebih dulu menerbitkan obligasi serupa.

BRI menerbitkan obligasi berwawasan sosial berkelanjutan I dengan target dana Rp20 triliun. Dari sini, yang sudah terealisasi baru tahap I Rp5 triliun. Dana hasil penerbitan obligasi ini digunakan untuk pembiayaan kembali, baik seluruhnya maupun sebagian proyek-proyek sosial.

BNI juga telah menerbitkan obligasi berlandaskan keberlanjutan (sustainability bond) berkelanjutan I dengan target Rp15 triliun. Pada tahap I, BNI sudah merealisasikan penerbitan sebanyak Rp5 triliun.

Kinerja Intermediasi Perbankan

Seperti diketahui, menurut keterangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kinerja intermediasi perbankan meningkat dengan profil risiko yang terjaga dan likuiditas di level yang memadai. Pada September 2025, kredit tumbuh 7,70% yoy (Agustus 2025: 7,56%) menjadi sebesar Rp8.162,8 triliun.

Berdasarkan jenis penggunaan, Kredit Investasi mencatatkan pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 15,18%, diikuti oleh Kredit Konsumsi tumbuh 7,42%, sementara Kredit Modal Kerja tumbuh 3,37% yoy. Dari kategori debitur, kredit korporasi tumbuh sebesar 11,53%, sementara kredit UMKM tumbuh sebesar 0,23%.

Jika ditinjau berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit ke beberapa sektor tercatat tumbuh tinggi secara tahunan mencapai double digit. Sektor pertambangan dan penggalian tercatat tumbuh 19,15% dan sektor pengangkutan dan pergudangan tumbuh 19,32%.