EmitenNews.com - Perubahan iklim menjadi suatu ancaman secara global. Mengarusutamakan perubahan iklim menjadi bagian dari suatu kebijakan merupakan langkah yang perlu diambil serta dapat mendorong arah pertumbuhan yang lebih baik dan berkualitas. Melalui hal tersebut, bagi negara berkembang kemungkinan keberhasilan pembangunan juga semakin besar.


Hal ini diungkapkan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam acara Sixth Ministerial Meeting of The Coalition of Finance Ministers for Climate Action, yang diselenggarakan secara virtual pada Selasa (12/10).


Menkeu memaparkan, sejak diluncurkan pada April 2019, Indonesia mendefinisikan Coalition of Finance Ministers for Climate Action sebagai grup bagi para Menteri Keuangan yang berbagi pengalaman dan praktik terbaik, serta berkolaborasi dalam strategi untuk mengintegrasikan perubahan iklim dalam kebijakan ekonomi dan keuangan.


"Pekerjaan kita dalam beberapa tahun terakhir, sebagaimana tercermin dalam Laporan Tahunan 2020 dan 2021, telah menunjukkan suatu kemajuan dan tindakan nyata,” jelas Menkeu dalam perannya sebagai Co-Chair Coalition of Finance Ministers for Climate Action.


Dijelaskan bahwa sudah ada 19 pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang menggunakan metodologi climate budget tagging. Indonesia sendiri telah memulai climate budget tagging sejak tahun 2016 di tingkat pemerintah pusat, dan baru-baru ini juga telah mulai diterapkan pada 11 pemerintah daerah.


Berkenaan dengan adanya suatu kemajuan dalam mengintegrasikan perubahan iklim pada kebijakan ekonomi dan keuangan di negara-negara global, Menkeu juga menyebut bahwa tahun ini ada 64 instrumen penetapan harga karbon yang beroperasi dan tiga diantaranya dijadwalkan untuk diimplementasikan.


Banyak negara yang sedang merencanakan penerapan carbon pricing, termasuk Indonesia yang akan segera memberlakukan regulasi, infrastruktur, dan mekanisme perdagangan karbon. Menkeu mengatakan bahwa Indonesia memberlakukan revisi Undang-undang Perpajakan yang salah satunya berisi aturan mengenai pajak karbon untuk mendorong pertumbuhan hijau.


Menkeu menekankan bahwa tantangan masih akan ada dan perlu untuk selalu diwaspadai. Strategi carbon pricing harus ditunjang dengan peraturan kebijakan di bawahnya agar dapat berjalan secara optimal. Kemudian, isu mengenai perbaikan data emisi agar kredit dapat diperdagangkan dengan pihak lain.


Selain itu, mengenai keuangan berkelanjutan, berdasarkan Analisis oleh Financial Centers for Sustainability (FC4S) Network ditemukan bahwa hanya sekitar sepertiga dari 185 inisiatif keuangan berkelanjutan yang dianalisis menggunakan climate tools atau metodologi yang akuntabel. Ini berarti bahwa kepatuhan mungkin tidak dikontrol secara efektif, dan dampak iklim secara nyata tidak dapat diukur secara akurat.(fj)