Menteri Koperasi dan UKM: Digitalisasi Mengakselerasi Pemulihan Bisnis UMKM
EmitenNews.com - Kementerian Koperasi dan UKM mencatat jumlah usaha mikro kecil dan menengah yang terhubung dengan ekosistem digital meningkat 100 persen sejak pandemi Covid-19. Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki mendorong UMKM sebagai penggerak perekonomian nasional di masa krisis mengakselerasi digitalisasi. Nilai ekonomi digital Indonesia bakal mencapai USD124 miliar di 2025, lebih tinggi dari nilai ekonomi digital 2020 yang USD44 miliar atau Rp638 triliun.
Dalam WeWo Webinar Series: Pemulihan Ekonomi Nasional bertajuk UMKM Sebagai Motor Penggerak Perekonomian, di Jakarta, Selasa (26/10/2021), Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki menyampaikan sekitar 62 persen UMKM menggunakan platform dalam jaringan (daring) atau online itu untuk memasarkan produk. Dan 41,5 persen UMKM melakukannya (online) sebelum pandemi. Sisanya melakukan digitalisasi di masa pandemi Covid-19 ini.
Kini, jumlah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang terhubung ke ekosistem digital mencapai 15,9 juta unit, dibandingkan dengan 8 juta unit sebelum Maret 2020, ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Kemenkop UKM menargetkan 30 juta UMKM dapat terhubung ke platform digital pada 2024. Dengan terhubung ke ekosistem digital, akan menjadi salah satu peluang bagi UMKM tumbuh ekspansif.
Menteri Teten Masduki menjelaskan, transformasi digital menjadi kunci pemulihan ekonomi nasional. Ekonomi digital Indonesia akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara pada 2025. Laporan Google dan Temasek mengestimasikan nilai ekonomi digital Indonesia bakal mencapai USD124 miliar di 2025, lebih tinggi dari nilai ekonomi digital pada 2020 yang senilai USD44 miliar atau setara Rp638 triliun. Dengan semangat itu Teten mendorong UMKM untuk mengakselerasi digitalisasi.
Setelah hampir dua tahun pandemi, UMKM menunjukkan ketahanannya terhadap krisis. Survei Kemenkop UKM, UNDP, dan Indosat pada 2021 menunjukkan 45,3 persen UMKM masih beroperasi penuh, 30,9 persen beroperasi hanya setengah, dan 24 persen UMKM menghentikan operasional bisnis.
“Lalu 10,9 persen UMKM yang disurvei menyebutkan diversifikasi usaha sebagai salah satu cara untuk menghadapi pandemi, 26,1 persen UMKM merasakan pemasaran online dapat membantu keberlangsungan usaha,” tutur Teten Masduki.
Kemenkop UKM meyakini ekosistem digital mendorong percepatan pemulihan ekonomi UMKM dan nasional. Pemerintah, BUMN, dan usaha skala besar perlu bersinergi dalam membentuk ekosistem UMKM. Dalam meningkatkan kapasitas usaha UMKM, pemerintah melaksanakan program inkubasi bisnis. Di antaranya, berupa pelatihan, pendampingan dan bermitra dengan perguruan tinggi, startup, aggregator, dan organisasi inkubator bisnis lainnya.
“Pengembangan program pendampingan ini bekerja sama dengan inkubator bisnis perguruan tinggi dan swasta,” ungkap Teten Masduki.
Perluasan akses pembiayaan juga dipacu. Misalnya, meningkatkan porsi kredit usaha rakyat (KUR) perbankan. Kemudian, UMKM dipermudah akses pembiayaan atau modal produktif melalui perusahaan peer to peer lending, angel investor, crowdfunding, dan lainnya.
“Akses pembiayaan diperluas, porsi kredit perbankan kepada UMKM ditingkatkan 30 persen di 2024 dari 20 persen. Saya mengajak semua pihak berkolaborasi guna melahirkan wirausaha dan UMKM yang unggul dan inovatif dan berdaya saing tinggi ke depannya,” ucap Teten Masduki.
Temmy Satya Permana, Asisten Deputi Pembiayaan UKM Kemenkop UKM, menambahkan, UMKM yang mampu bertahan adalah yang bertransformasi ke online dari konvensional. Merujuk data Kemenkop UKM, Temmy menjabarkan program transformasi untuk UMKM, antara lain transformasi UMKM ke sektor formal, transformasi digital, modernisasi koperasi, transformasi k rantai nilai (value chain).
Program transformasi pada 2021, menurut Temmy, adalah program 100 koperasi modern, transformasi usaha informal ke formal untuk 2,5 juta unit ultra mikro(UMi), memacu kontribusi ekspor UKM sebesar 15,26 persen. Lainnya meningkatkan rasio kewirausahaan 3,55 persen, penyaluran dana bergulir kepada koperasi dan UKM strategis serta pengembangan SMESCO hub di Indonesia Timur.
Hermawati Setyorini, Ketua Umum Asosiasi Industri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Indonesia (Akumandiri), mengimbau agar memodernisasi UMKM untuk meningkatkan kualitas produk dan memperluas pasar ke pasar domestik serta luar negeri. UMKM yang berperan besar sebagai solusi perekonomian perlu diperkuat keberadaannya. Berbagai kesulitan dan hambatan UMKM harus dipecahkan. Karena berbagai keterbatasan yang dimiliki, UMKM akan kesulitan menyelesaikan segala permasalahannya sendiri.
“Untuk mengembangkan UMKM bukan hanya dengan penguatan modal, namun perlu dibangkitkan rasa percaya dirinya, supaya muncul aneka kreativitas dan inovasi,” tutur Hermawati.
Beragam cara kolaborasi berpeluang mengakselerasi ini, di antaranya membuka jaringan kepada generasi milenial terutama mahasiswa untuk terlibat dalam pendampingan UMKM dan pendampingan berkelanjutan. Tujuannya, membuka pola pikir UMKM tentang kemungkinan hal-hal baru yang belum pernah dilakukan. Secara tidak langsung hal ini akan meningkatkan daya saing UMKM. Harapannya melalui kerja sama ini dapat membantu UMKM untuk terus berkembang dan berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi nasional.
“Akumandiri melakukan pendampingan kepada UMKM di masa pandemi untuk menaikkan skala usaha mereka, ada beberapa yang sudah masuk e-commerce dan mengekspor produknya” ucap Hermawati. ***
Related News
GJAW 2024, Tiga Merek Baru Mobil Listrik Asal China Diluncurkan
ACC Raih Indonesia Most Powerful Women Awards 2024
Berdayakan Pelaku UMKM, Menteri Maman Siapkan Kartu Usaha
Menteri Bahlil Siap Laporkan Tiga Skema Subsidi BBM Kepada Presiden
Kolaborasi Pertamina, TAM dan TRAC Uji Coba Penggunaan Bioetanol E10
Potensi Aset Rp990 Triliun, Asbanda Siap Dukung Pembiayaan PSN