Meski APBN 2024 Defisit, Kemiskinan dan Pengangguran Turun
Meski APBN 2024 mengalami defisit namun mampu menjaga stabilitas perekonomian dan berdampak positif bagi masyarakat, ditandai dengan penyerapan tenaga kerja serta menurunnya kemiskinan dan pengangguran.
EmitenNews.com - Meski APBN 2024 mengalami defisit namun mampu menjaga stabilitas perekonomian dan berdampak positif bagi masyarakat. Ditandai dengan penyerapan tenaga kerja serta menurunnya kemiskinan dan pengangguran.
“Berbagai perbaikan dan mitigasi risiko yang dilakukan APBN, meski tekanan bertubi-tubi, tingkat kemiskinan mengalami penurunan. Tahun 2023, tingkat kemiskinan di 9,36 persen, turun ke 9,03 persen di tahun 2024,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam keterangan pers di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Senin (6/1/2025).
Kemiskinan ekstrim juga menurun dari 1,12 persen turun ke 0,83 persen. Rasio Gini juga membaik, dari 0,388 di tahun 2023 menjadi 0,379 di tahun 2024.
“Tingkat pengangguran juga menurun dari 5,32 persen menjadi 4,91 persen di tahun 2024. Ini semua hasil kerja bersama, terutama APBN yang telah bekerja keras melindungi masyarat,” ujar Menkeu.
Sri Mulyani juga menyebut pasar tenaga kerja di tahun 2024 mengalami perbaikan. Terlihat dari jumlah lapangan kerja yang tercipta sepanjang tahun kemarin cukup signifikan.
“Penciptaan lapangan kerja di tahun 2024 sebanyak 4,78 juga pekerja. Penciptaan lapangan kerja tertinggi di sektor pertanian, perdagangan, pengolahan dan jasa lainnya,” ucapnya.
Menkeu menyatakan tidak menafikan sektor yang tenaga kerjanya masih mengalami tekanan, seperti industri tekstil. Namun secara makro ada penciptaan kesempatan kerja dan lapangan kerja baru.
Sementara, jumlah pekerja formal yang berstatus buruh atau karyawan meningkat sebanyak 3,44 juta pekerja. Sehingga jumlahnya bertambah dari 52,8 juta pekerja di tahun 2023 menjadi 56,2 juta pekerja di tahun 2024.
Dalam laporan realisasi APBN 2024, terjadi defisit sebesar Rp507,8 triliun atau 2,29 persen dari PDB. Menkeu Sri Mulyani mengatakan, defisit sebesar itu masih terkendali dan lebih rendah dari perkiraan sebesar Rp609 triliun.(*)
Related News
Industri Petrokimia Menunggu Kepastian Revisi Permendag 8/2024
SILPA Rp45,4T, Wamenkeu: Beri Ruang Luas Untuk Hadapi Dinamika 2025
Cadangan Devisa Akhir Desember Meningkat USD5,5 Miliar
Harga Emas Antam Rabu ini Naik Rp6.000 per Gram
Tahun 2024, Kredit Masyarakat di Paylater Tembus Rp21,77 Triliun
Komitmen Tanah Laut (INDX), Kembangkan Program Hilirisasi Kelapa