EmitenNews.com - PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) terus mengembangkan bisnis anak-anak usaha demi memperkuat eksistensi dan mendorong pertumbuhan kinerja. Strategi ini ditempuh mengingat batu bara merupakan komoditas dengan cadangan terbatas. Selain itu, Mitrabara ingin menangkap peluang dari trend permintaan energi baru dan terbarukan, yang terus membesar, serta bisnis lainnya. Tahun 2024, perseroan menganggarkan belanja modal dan investasi USD57,84 juta.

Direktur Utama Mitrabara Adiperdana Khoirudin menyampaikan hal tersebut dalam acara paparan publik pada Kamis (2/5/2024), di Graha Baramulti, Jakarta Pusat. 

“Sesuai roadmap empat pilar bisnis Mitrabara, kami masih mempertahankan pilar bisnis utama kami di sektor tambang, khususnya batu bara. Namun Perseroan juga terus mencari potensi tambang lainnya seperti mineral, andesit, maupun jenis tambang lainnya,“ papar Khoirudin.

Mitrabara juga sangat serius mengembangkan bisnis-bisnis baru melalui anak-anak usahanya, yaitu di sektor energi baru terbarukan, sektor industri agro, serta sektor i nfrastruktur dan jasa.

Pada sektor energi baru terbarukan, Mitrabara masuk bisnis pembangkit listrik tenaga surya dan biomassa. PT Masdar Mitra Solar Radiance (MMSR), anak usaha Mitrabara di bidang energi surya, telah mengoperasikan panel surya dengan kapasitas 1,75 MWp pada tahun 2023 dan akan terus ditingkatkan setiap tahunnya.

Dalam jangka waktu lima tahun ke depan, MMSR menargetkan untuk mengoperasikan 200 MWp dengan finalisasi kontrak sebesar 195 MWp. PT Malinau Hijau Lestari (MHL) yang bergerak di bidang produksi wood pellet diharapkan mampu menjadi salah satu pemimpin pasar produsen wood pellet dengan kapasitas produksi sebesar 150.000 ton per tahun, yang ditargetkan mulai produksi pada akhir tahun 2025. 

Di sektor agro industri, Mitrabara masuk bisnis aquaculture melalui PT Mitradelta Bahari Pratama (MBP), bekerja sama dengan PT Delta Marine Indonesia yang telah berpengalaman lebih dari 40 tahun di industri budidaya tambak udang vannamei. 

Operasikan 20 kolam ikan di Nusa Tenggara Barat

Mulai tahun ini, MBP mengoperasikan 20 kolam udang vannamei di So Lembo, Nusa Tenggara Barat, dengan target produksi ± 190 ton. Secara berkelanjutan, MBP akan menambah jumlah dan menargetkan bisa mengoperasikan secara optimal 140 kolam budidaya dengan target produksi mencapai ± 3.000 ton per tahun. 

Perseroan memandang bahwa bisnis aquaculture memiliki peluang cukup besar dan masih sangat terbuka, termasuk bagi Perseroan untuk melakukan pengembangan bisnis aquaculture ke sektor hulu dan hilir, seperti cold storage hingga pengolahan. 

Di sektor infrastruktur dan jasa, Mitrabara masuk bisnis kontraktor pertambangan melalui PT Mitra Muda Makmur (MMM). MMM ditargetkan untuk menjadi kontraktor pertambangan terkemuka yang mampu memberikan jasa yang kompetitif di industri pertambangan di Tanah Air.

Hingga akhir tahun 2023, pilar bisnis batu bara memang masih mendominasi pendapatan Mitrabara. Namun, dalam beberapa tahun ke depan, Khoirudin optimistis, diversifikasi yang dijalankan akan berkontribusi signifikan pada kinerja perusahaan. 

“Kontribusi dari diversifikasi usaha ini kami harapkan mampu menjadi penopang kinerja perusahaan di saat harga batubara turun seperti yang terjadi sepanjang Tahun 2023 hingga saat ini,” kata Khoirudin. 

Seperti diketahui, sepanjang tahun 2023, Mitrabara membukukan pendapatan konsolidasi sebesar USD224,09 juta, turun 50,15% dari USD449,54 juta pada tahun 2022. Laba tahun berjalan mencapai USD21,69 juta, terkoreksi 87,91%, dari USD179,39 juta pada tahun 2022. 

“Koreksi tajam harga batu bara di pasar global menjadi pemicu utama penurunan pendapatan dan laba bersih perusahaan serta kebijakan pemerintah berupa penyesuaian tarif dan formula royalti,” ungkap Khoirudin.

Harga batu bara sangat dipengaruhi dinamika kondisi dalam dan luar negeri 

Batu bara merupakan komoditas yang harganya sangat dipengaruhi oleh dinamika kondisi dalam negeri dan global. Pada tahun 2022, faktor geopolitik membuat harga batu bara di pasar global melambung, diikuti harga batu bara acuan (HBA) untuk penjualan dalam negeri. Hingga awal Januari 2023, HBA masih mencapai USD305 per metrik ton. Namun, pada Desember 2023, HBA tinggal berkisar USD117 per metrik ton, atau jatuh sekitar 61.54%.