EmitenNews.com - Merdeka Battery (MBMA) menyedot dana initial public offering (IPO) sejumlah Rp8,02 triliun. Alokasi itu sekitar 90,4 persen dari hasil bersih dana IPO senilai Rp8,93 triliun. Jadi, sisa dana IPO belum terserap sejumlah Rp861,91 miliar. 

Rincian penggunaan dana IPO sebagai berikut. Sekitar 53 persen untuk pembayaran lebih awal seluruh pokok utang berdasar perjanjian fasilitas berjangka USD300 juta, akan dibayarkan kepada Merdeka Gold (MDKA), dan ING Bank N.V., cabang Singapura (ING Bank), masing-masing sebesar USD225 juta, dan USD75 juta, melalui ING Bank sebagai Agen. 

Lalu, sekitar 6 persen untuk mengambil alih hak tagih USD30 juta atau setara Rp447,4 miliar berdasar perjanjian fasilitas dukungan induk pada 23 Agustus 2022 berikan Merdeka Gold kepada PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI). Jadi, perseroan, setelah pengalihan hak tagih dari Merdeka Gold akan memiliki hak tagih kepada MTI USD30 juta atau Rp447,4 miliar.

Selanjutnya, sekitar 2 persen sebagai modal kerja antara lain untuk biaya karyawan, biaya jasa profesional, dan biaya keuangan. Sekitar 9 persen akan dipinjamkan kepada MTI untuk membiayai sebagian kebutuhan belanja modal pembangunan proyek AIM I, akan memulai produksi pertengahan semester kedua 2023.

Sekitar 9 persen untuk pembayaran kembali atas pokok utang telah dicairkan USD75 juta berdasar perjanjian pinjaman USD175 juta berlaku efektif pada 25 Mei 2023 akan dibayarkan kepada Merdeka Gold. Sekitar 7 persen untuk modal kerja, meliputi antara lain pembelian bahan baku utama, bahan baku pembantu, biaya listrik, dan biaya karyawan. 

Sekitar 6 persen akan dipinjamkan kepada SCM untuk modal kerja, meliputi antara lain biaya karyawan, biaya jasa profesional, pembayaran royalti ke kas negara, biaya pengangkutan, bongkar muat, biaya pemeliharaan dan perbaikan, dan biaya penambangan. 

Dan, sisa dana IPO untuk penyetoran modal kepada PT Merdeka Industri Mineral (MIN) untuk penyetoran modal dan pemberian pinjaman kepada PT Sulawesi Industri Parama (SIP) masing-masing 50 persen. SIP akan menggunakan dana itu, untuk membiayai sebagian kebutuhan belanja modal yang timbul dari pembangunan fase pertama dari pabrik HPAL pertama berkapasitas 60 kilo ton per tahun (ktpa) (HPAL 1a) di IKIP. Proyek itu, bagian strategi usaha Grup MBM makin terlibat dalam rantai nilai bahan baku strategis, dan selanjutnya dalam rantai nilai baterai kendaraan bermotor listrik.

Selanjutnya, sisa dana IPO Rp861,91 miliar ditempatkan di Bank UOB Indonesia, dan Bank OCBC Nisp. Tepatnya, sebesar Rp605,25 miliar dalam bentuk giro rupiah, dan USD di Bank UOB dengan kupon 5 persen dengan jangka 30 Juni 2024. 

Dan, sebesar Rp300 miliar bersarang dalam bentuk giro rupiah dan USD di Bank OCBC NISP. Dana tersebut dibekali bunga alias bagi hasil 4,5 persen dengan durasi 30 Juni 2024. (*)