EmitenNews.com -  Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan antrean perusahaan yang bersiap melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) alias initial public offering (IPO) tetap berjalan, meski realisasi tahun ini masih di bawah target.

Hingga awal September 2025, tercatat baru 22 perusahaan resmi IPO, jauh dari target BEI sebanyak 66 perusahaan. Namun, terdapat tambahan 10 calon emiten potensial yang sedang diproses dengan perkiraan nilai emisi mencapai Rp5,3 triliun.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menegaskan komitmen regulator untuk terus mendorong kualitas dan kuantitas emiten baru.

“Melalui beberapa regulasi, sebagai contoh pada bulan Juni 2025 OJK telah menerbitkan POJK No.13/2025 yang antara lain mengatur kewajiban underwriter untuk melakukan uji tuntas terhadap emiten sebelum menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada OJK,” jelas Inarno dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan, Kamis (4/9).

Lebih lanjut, OJK juga tengah mengkaji penyederhanaan proses IPO agar lebih efisien. “Kami sedang menyiapkan simplifikasi proses dan penyempurnaan regulasi penawaran umum, agar selaras dengan perkembangan terkini,” tambahnya.

Pipeline IPO diperkirakan bertambah seiring rampungnya audit laporan keuangan periode Juni yang umumnya selesai pada September. Laporan keuangan tersebut menjadi dokumen utama pendaftaran IPO dan berlaku enam bulan hingga akhir tahun.

Soal potensi IPO berskala besar (lighthouse IPO) di penghujung tahun, Inarno menegaskan belum ada kepastian. “Belum ada informasi yang pasti tentang IPO lighthouse akhir tahun ini dan sektor apa yang akan terlibat,” tegasnya.

Sementara itu, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, menyebut saat ini terdapat tujuh calon emiten di pipeline bursa. Dari jumlah tersebut, empat perusahaan termasuk kategori skala menengah dengan aset Rp50 miliar hingga Rp250 miliar, sedangkan tiga lainnya masuk kategori jumbo dengan aset di atas Rp250 miliar.