EmitenNews.com - Pabrik Katalis Merah Putih yang diberi nama PT Katalis Sinergi Indonesia (PT KSI), Rabu (16/3) resmi dibangun dalam rangka mencukupi kebutuhan katalis untuk pengembangan greenfuel. Pabrik yang berlokasi di Kawasan Industri Cikampek hasil kolaborasi PT Pertamina Lubricants, PT Pupuk Kujang Cikampek dan PT Rekacipta Inovasi ITB nilai investasinya sekitar Rp 286 miliar.


Pembangunan pabrik Katalis Merah Putih diperkirakan selesai dalam 13 bulan. Diharapkan pada 2023 mendatang pabrik sudah bisa berproduksi untuk memenuhi kebutuhan katalis nasional.


Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memimpin langsung groundbreaking pabrik Katalis Merah Putih bersama Direktur Jenderal EBTKE Dadan Kusdiana, Wakil Bupati Kerawang Aep Saepulloh dan Peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) Subagjo.


Pabrik Katalis Merah Putih merupakan salah satu Program Strategis Nasional (PSN) Bahan Bakar Hijau yang diproyeksikan dapat menghasilkan katalis untuk memproduksi green fuel sehingga berkontribusi dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT), khususnya sektor bioenergi dan turut mengurangi emisi GRK serta bermanfaat bagi masyarakat.


"Saya ucapkan selamat dan apresiasi kepada PT Pertamina Lubricants, PT Pupuk Kujang Cikampek dan PT Rekacipta Inovasi ITB, atas aksi nyata melalui pembentukan PT Katalis Sinergi Indonesia untuk bekerja sama dalam memanfaatkan kemampuan, pengalaman, sumber daya, dan fungsi yang dimilikinya dalam upaya penyediaan katalis nasional,"ujar Arifin.


Berdirinya pabrik katalis ini karena terjadinya sinergi antar institusi yakni antara institusi pendidikan, industri dan perbankan. Dan sinergi seperti ini, menurut Arifin, harus terus dikembangkan untuk produk-produk yang lain.


"Kita melihat bahwa yang terlibat dalam kegiatan ini adalah konsorsium dari badan-badan usaha BUMN, nah inilah sinergi yang harus terus kita tumbuh kembangkan, kita harapkan inisiatif daripada penelitian, inovasi ini terus bisa dikembangkan menjadi satu bentuk industri," katanya.


Ditegaskan Arifin, negara ini memerlukan teknologi dan para intelektual untuk melakukan proses-proses penelitian dan untuk itu harus ada sinergi antarlembaga.


"Sudah lama sekali kita selalu menggaung-gaunggkan, kita harus memiliki teknologi sendiri untuk bisa mengisi keperluan bangsa ini untuk mendukung petumbuhan ekonomi kedepan kita bisa melakukan kemandirian disegala hal," lanjut Arifin.


PT Katalis Sinergis Indonesia Arifin diharapkan dapat mengembangkan katalis bukan hanya yang dibutuhkan dalam negeri saja, namun juga dapat membuat katalis yang dibutuhkan dunia, serta menjaga kualitas dan melakukan diversifikasi energi.


Saat ini Indonesia hanya memiliki satu pabrik katalis dengan lisensi Jerman sehingga terjadi keterbatasan pemenuhan katalis nasional. Berdasarkan catatan nilai kebutuhan katalis di Indonesia saat ini mencapai lebih kurang USD500 juta, dan diproyeksi meningkat dengan CAGR 6%, hampir seluruh kebutuhan nasional diimpor dari luar negeri. Volume kebutuhan katalis di Indonesia yakni untuk Industri Petrokimia sebesar 1500 Ton/tahun, Oleokimia sebesar 800 Ton/tahun dan untuk industri Refinery sebesar 18.000 Ton/tahun.(fj)