PDB Nasional Tumbuh 5,4 Persen di Triwulan II, Lampaui Ekspektasi Pasar
EmitenNews.com - Meskipun dihadapkan pada ketidakpastian dan tren perlambatan ekonomi global, pemulihan ekonomi nasional semakin menguat pada triwulan II-2022. PDB nasional tumbuh kuat sebesar 5,4% pada triwulan II-2022 (yoy), melampaui ekspektasi pasar.
Pencapaian ini juga semakin memperkuat level perekonomian untuk terus melaju melampaui level prapandemi.
"Sekarang sudah 6,8% di atas level PDB riil 2019. Relaksasi aturan perjalanan yang mendorong peningkatan konsumsi masyarakat, terutama di masa Ramadhan dan Lebaran, serta kinerja ekspor komoditas unggulan yang masih sangat kuat menjadi faktor kunci pendorong pertumbuhan triwulan ini," papar Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan, Rahayu Puspasari, dalam siaran persnya.
Aktivitas konsumsi masyarakat meningkat pesat pada periode bulan Ramadhan dan hari Raya Idul Fitri. Konsumsi rumah tangga tumbuh 5,5% (yoy) pada triwulan II, setelah pada triwulan sebelumnya sempat tersendat akibat penyebaran varian Omicron.
Selain itu, antusiasme masyarakat yang sangat tinggi dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri tahun ini juga berperan krusial dalam menopang kuatnya aktivitas konsumsi masyarakat. Aktivitas mudik lebaran sempat tertahan selama dua tahun ke belakang karena tingkat penyebaran kasus COVID-19 yang masih tinggi sementara vaksinasi masih relatif rendah.
Di triwulan II-2022, berkat partisipasi masyarakat dalam program vaksinasi dan tingkat penyebaran COVID-19 yang terkendali, aktivitas mudik dapat berjalan dengan lancar. Mobilitas yang meningkat pada triwulan II ini juga diindikasikan dari pertumbuhan sektor transportasi dan akomodasi yang keduanya bertumbuh pesat pada periode tersebut.
Rahayu menyebut stabilitas pertumbuhan konsumsi juga tidak terlepas dari peran APBN yang dioptimalkan untuk menyerap tingginya tekanan inflasi global. Tingkat inflasi nasional memang dalam tren yang meningkat, terutama dalam dua bulan terakhir.
Meksipun demikian, tingkat inflasi Indonesia masih relatif terkendali jika dibandingkan dengan negara lain, seperti AS, UK, Eropa, Singapura, Thailand, dan Filipina yang inflasinya melonjak hingga masing-masing sebesar 9,1%; 9,4%; 8,6%; 6,7%; 7,7%; dan 6,1% pada periode yang sama (Juni-2022).
Inflasi yang cenderung moderat ini juga tercermin dari perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan tingkat kenaikan harga produsen yang mencapai 11,8% pada triwulan II-2022. Ke depan, dinamika global diprediksi masih akan menjadi tantangan utama bagi stabilitas harga domestik. Peran APBN dalam menjaga momentum pemulihan akan terus dimaksimalkan, terutama dalam melindungi daya beli masyarakat berpendapatan rendah.
Di tengah tingginya harga komoditas energi, investasi tumbuh moderat pada triwulan II-2022. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada periode ini dapat tumbuh 3,1%(yoy). Namun demikian, investasi dalam rangka keberlanjutan ekspansi industri dan dunia usaha masih terjaga dengan baik.
Investasi jenis mesin dan kendaraan komersial masing-masing tumbuh 16,3 dan 7,0%. Hal ini juga sejalan dengan tren kapasitas produksi baik di sektor manufaktur maupun pertambangan yang terus meningkat dengan stabil di beberapa triwulan terakhir. Selain itu, investasi yang bersumber dari proyek-proyek pemerintah juga masih tumbuh tinggi. Belanja modal pemerintah pusat di triwulan II tercatat tumbuh 53,4% (yoy).
Ekspor kembali mencatatkan pertumbuhan yang tinggi. Peningkatan permintaan atas komoditas dan produk manufaktur unggulan nasional masih terus terjadi di tengah disrupsi pasokan global dan konflik Rusia-Ukraina. Selain itu, produk hilirisasi besi dan baja juga masih terus menjadi sumber pertumbuhan ekspor. Ekspor secara riil tumbuh 19,7% (yoy) di triwulan II-2022.
Kinerja yang sangat menjanjikan ini juga sempat mendorong surplus neraca perdagangan barang yang mencapai puncak tertingginya sepanjang sejarah nasional. Necara perdagangan barang Indonesia per triwulan II-2022 tercatat sebesar USD 15,5 miliar.
Sementara tingkat pertumbuhan impor riil yang masih relatif tinggi mencapai 12,3% (yoy), menggambarkan keberlanjutan ekspansi produksi dalam negeri. Hal ini juga tercermin dari pertumbuhan impor nominal bahan baku dan barang modal yang selama triwulan II tumbuh 27,7% dan 21,3% (yoy).
Laju konsolidasi fiskal tetap on-track dan tidak mendisrupsi laju pemulihan ekonomi. Konsumsi pemerintah kembali terkontraksi di triwulan II-2022 menjadi sebesar negatif 5,2% (yoy). Belanja pemerintah terkait dengan penanganan pandemi dapat ditekan seiring dengan terkendalinya tingkat penyebaran virus di sepanjang triwulan II-2022.
Selain itu, pergeseran waktu pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dan Gaji ke-13 kepada ASN juga berdampak pada laju pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan II. Di tahun 2021, THR dan Gaji ke-13 dibayarkan pada bulan April dan Juni. Namun di tahun 2022, THR diberikan di bulan April, sementara Gaji ke-13 dibayarkan pada bulan Juli, sehingga memberikan base-effect pada pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan II.
Tingginya harga komoditas menjadi katalisator kuatnya pertumbuhan sektor pertambangan dan pertanian. Pertumbuhan sektor pertambangan melanjutkan tren penguatan dengan tumbuh sebesar 4,0%(yoy) pada triwulan II 2022.
Related News
Potensi Aset Rp990 Triliun, Asbanda Siap Dukung Pembiayaan PSN
Ajak Investor Inggris Investasi di EBT, Menteri Rosan Buka Peluangnya
PKPU Pan Brothers (PBRX) Soal Utang Rp6,25T Diperpanjang 14 Hari
Maya Watono Kini Pimpin InJourney, Ini Profilnya
Pascapemilu, Investor Global Kembali Pindahkan Portofolionya ke AS
Belum Berhenti, Harga Emas Antam Naik Lagi Rp12.000 per Gram