EmitenNews.com - PEFINDO menyematkan “CreditWatch dengan Implikasi Negatif” terhadap prospek PT Indosat Tbk (ISAT) terkait rencana penggabungan usaha PEFINDO telah menyematkan prospek “CreditWatch dengan Implikasi Negatif” terhadap peringkat PT Indosat Tbk (ISAT) sehubungan dengan rencana penggabungan usaha ISAT dengan PT Hutchison 3 Indonesia (H3ID) yang diharapkan selesai di bulan Desember 2021.

 

Analysts PEFINDO Martin Pandiangan dan Niken Indriarsih dalam keterangan resminya Rabu (29/9) mengungkapkan, dengan penggabungan usaha ini, Ooredoo Q.P.S.C. (Ooredoo, diperingkat A-/stabil oleh Standard and Poor’s) akan memiliki 33% saham di ISAT paska penggabungan usaha dari sebelumnya 65% dan membentuk pengendalian bersama secara imbang dengan CK Hutchison Indonesia (Hutchison) yang juga akan memiliki 33% saham di ISAT.

 

Mengingat Ooredoo akan mendekonsolidasi ISAT maka ISAT akan tidak lagi diklasifikasikan sebagai entitas anak material dari Ooredoo dan berdasarkan hal tersebut klausul cross default di dalam perjanjian pinjaman Ooredoo menjadi tidak berlaku. Menurut pandangan kami, hal ini dapat menurunkan tingkat kemungkinan dukungan luar biasa dari pemegang saham yang pada akhirnya dapat mempengaruhi profil kredit ISAT secara keseluruhan, walaupun sebagai entitas anak yang penting secara strategis, kami berpandangan PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (IOH) yang merupakan perusahaan penerima penggabungan usaha akan menerima keuntungan dari risiko reputasi berbagi nama merek yang dilakukan oleh Ooredoo dan Hutchison. Ooredoo dan Hutchison akan mempertahankan saham di IOH selama Lock-Up Period yang tercantum dalam usulan penggabungan usaha, kata analis PEFINDO.



Ditambahkan, PEFINDO memandang bahwa penggabungan usaha akan berdampak pada penguatan posisi IOH, menempatkannya sebagai peringkat kedua pelaku terbesar di industri. Hal ini mencakup ekspektasi kami bahwa akan terdapat jasa dan kualitas jaringan yang lebih baik. Dari sisi keuangan, kami berharap perbaikan leverage keuangan di IOH dengan proyeksi rasio utang terhadap EBITDA dibawah 3x dalam jangka pendek ke menengah. Hal ini mencakup penyelesaian utang di neraca H3ID saat ini ketika dilakukan penggabungan usaha.

 

Walaupun secara profil kredit standalone terdapat penguatan, kami mengantisipasi profil kredit secara keseluruhan akan lebih rendah paska penggabungan usaha mengingat ISAT tidak lagi memperoleh keuntungan dukungan secara langsung dari pemegang saham. Peringkat kredit final tergantung kepada hasil dari penggabungan usaha, termasuk di dalamnya penilaian terhadap rencana-rencana strategis paska penggabungan usaha.

 

PEFINDO telah menegaskan peringkat “idAAA” terhadap PT Indosat Tbk (ISAT) dan Obligasi Berkelanjutan III Tahun 2018-2020, Obligasi Berkelanjutan II Tahun 2017-2019, Obligasi Berkelanjutan I Tahun 2014-2016, dan Obligasi VIII Tahun 2012 Seri B. PEFINDO juga telah menegaskan peringkat “idAAA(sy)” untuk Sukuk Ijarah Berkelanjutan III Tahun 2018-2020, Sukuk Ijarah Berkelanjutan II Tahun 2017-2019, dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Tahun 2014-2016.

 

Obligor berperingkat idAAA merupakan peringkat tertinggi yang diberikan oleh PEFINDO. Kemampuan obligor untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya, relatif terhadap obligor Indonesia lainnya, adalah superior. Akhiran (sy) memiliki makna peringkat mempersyaratkan pemenuhan prinsip Syariah.

 

Peringkat mencerminkan dukungan yang kuat dari pemegang saham utama (Ooredoo Asia, Pte Ltd), posisi pasar Perusahaan yang sangat kuat sebagai salah satu dari tiga operator telekomunikasi terbesar di Indonesia, dan marjin profitabilitas yang kuat dalam jangka pendek hingga menengah. Namun, peringkat dibatasi oleh struktur permodalan yang moderat dan ketatnya persaingan dalam industri telekomunikasi.

 

Peringkat akan diturunkan jika dalam pandangan kami, ada penurunan yang material atas kepemilikan dan dukungan dari induk usaha paska penggabungan usaha. Peringkat akan berada dalam tekanan jika ISAT secara agresif mendanai ekspansi bisnis dengan utang yang secara substansial lebih besar dari yang diproyeksikan tanpa diimbangi dengan membaiknya pendapatan dan/atau marjin profitabilitas dalam jangka waktu dekat hingga menengah. Peringkat juga akan diturunkan jika ada tuntutan hukum di masa mendatang terkait kasus IM2 yang akan mempengaruhi arus kas secara substansial melebihi denda Rp1,4 triliun dan mengganggu kegiatan operasionalnya. Tidak ada dampak atas peringkat dari denda sebesar Rp1,4 triliun, yang telah dicadangkan pada tahun 2014, mempertimbangkan likuiditas yang cukup, rekam jejak yang baik dalam melunasi kewajiban finansial, dan dukungan kuat dari pemegang saham utama. Pemulihan ekonomi yang lebih lambat dapat yang diekspektasi paska pandemi dapat berpengaruh terhadap daya beli, yang akan berdampak pada penurunan konsumsi dari jasa dan produk ISAT.