EmitenNews.com - Sebagai bagian dari upaya memperkuat koridor ekonomi Subregional dan mendorong pertumbuhan Kawasan Indonesia–Malaysia–Thailand Growth Triangle (IMT-GT), Kemenko Perekonomian bekerja sama dengan Asian Development Bank (ADB) menggelar serangkaian kegiatan dalam rangka penguatan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). KEK dipandang sebagai lokomotif baru bagi peningkatan konektivitas, investasi, dan rantai pasok lintas batas, sekaligus pendorong daya saing ekonomi kawasan di pasar global.

Kegiatan pertama berupa workshop regional bertajuk “SEZs as Drivers of Economic Corridors and Value Chains” yang digelar di Jakarta pada 30 Juli–1 Agustus 2025. Acara resmi dibuka oleh Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian RI Edi Prio Pambudi bersama dengan Principal Country Economist dari Indonesia Resident Mission – ADB Reza Anglingkusumo.

Dalam sambutan pembuka, Deputi Edi menekankan pentingnya tiga prinsip utama untuk pengembangan KEK yang berkelanjutan antara lain yakni Futureproofing SEZs yang memprioritaskan infrastruktur hijau dan transformasi digital, Cross-Border Synergies melalui harmonisasi regulasi dan kemitraan publik-swasta, serta Learning and Accountability dengan mendorong transparansi dan pengukuran dampak yang jelas.

Kemudian, agenda dilanjutkan dengan penyelenggaraan seminar nasional “Shaping the Future of Indonesia SEZs: Assessing Progress, Navigating Growth and Fostering Innovation” pada 4 Agustus 2025. Seminar nasional tersebut menyoroti inovasi dan transformasi KEK di Indonesia. Prof. Aradhna Aggarwal dari India menyatakan bahwa meskipun KEK telah terbukti mendorong transformasi ekonomi, tantangan seperti birokrasi dan koordinasi masih perlu diatasi.

Sementara itu, Sandy Nur Ikfal Raharjo dari Universiti Malaya, Malaysia, menambahkan bahwa kerja sama subregional dapat menjadi jembatan untuk mengatasi kesenjangan wilayah dan membuka peluang pertumbuhan baru.

Lebih lanjut, penyelenggaraan rangkaian kegiatan ini memberikan kesimpulan bahwa KEK merupakan strategi komprehensif untuk menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi baru. Agar dapat memaksimalkan potensi tersebut, dibutuhkan kesiapan infrastruktur, koordinasi yang efektif, SDM yang kompeten, serta adopsi teknologi secara berkelanjutan.

Sebagai penutup, Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional Kemenko Perekonomian RI Bobby C. Siagian menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk menjadikan KEK sebagai lokomotif pertumbuhan yang inklusif dan berdaya saing tinggi, dengan penguatan konektivitas antarwilayah sebagai fondasi utama.

Turut hadir dalam rangkaian kegiatan tersebut antara lain sejumlah pemangku kepentingan dari negara-negara anggota BIMP-EAGA, IMT-GT, dan GMS, serta melibatkan perwakilan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dari Indonesia.(*)