EmitenNews.com - Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menegaskan peringkat Merdeka Copper Gold (MDKA) dengan idA+. Rating itu, juga berlaku untuk obligasi berkelanjutan III, IV, dan V. Prospek untuk peringkat perusahaan stabil. 

Peringkat itu mencerminkan kegiatan usaha Merdeka Gold terintegrasi vertikal, bisnis terdiversifikasi dengan baik, cadangan, dan sumber daya tambang memadai. Peringkat dibatasi oleh kebijakan keuangan, struktur permodalan moderat, dan eksposur terhadap fluktuasi harga komoditas. 

Peringkat dapat dinaikkan kalau Merdeka Gold sukses mengoperasikan proyek-proyek baru, menghasilkan pendapatan atau EBITDA lebih besar dibanding proyeksi akan berdampak positif bagi kondisi keuangan, dan dapat lebih lanjut meningkatkan profil keuangan. Peringkat dapat dilorot dengan ketentuan sebagai berikut.

Yaitu, apabila Merdeka Gold menghasilkan pendapatan atau margin keuntungan lebih rendah dari proyeksi akibat proyek-proyek baru beroperasi tidak maksimal, dan secara agresif meningkatkan utang untuk membiayai belanja modal tanpa diiringi lonjakan pendapatan, atau EBITDA dapat berdampak pada rasio struktur permodalan makin agresif. 

Penurunan signifikan harga komoditas, terutama nikel, emas, dan tembaga juga dapat memicu penurunan peringkat. Karena kondisi tersebut dapat memperburuk profil keuangan, dan dapat mendongkrak ketergantungan perusahaan pada fleksibilitas keuangan untuk membiayai kembali utang perseroan. 

Emiten tambang emas, nikel, dan tembaga asuhan Boy Thohir tersebut bergerak dalam kegiatan pertambangan, dan hilirisasi produk nikel. Merdeka Gold memiliki beberapa proyek berlokasi di Tujuh Bukit Banyuwangi, dan Pani Gorontalo, untuk pertambangan emas Pulau Water Maluku pertambangan tembaga, Konawe Sulawesi Tenggara untuk pertambangan nikel, dan  proyeki acid iron metal (AIM), smelter rotary kiln electric furnace (RKEF), dan smelter nickel matte di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi Tengah. 

Per 30 Juni 2025, pemegang saham Merdeka Copper Gold antara lain Saratoga Investama Sedaya (SRTG) 20,34 persen, Mitra Daya Mustika 11,88 persen, Garibaldi Thohir 7,46 persen, Suwarna Arta Mandiri 5,51 persen, dan lainnya, termasuk publik, dan saham treasuri 54,81 persen. (*)