EmitenNews.com - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) baru menggunakan sekitar separuh dari dana hasil penawaran umum perdana saham (IPO) yang dikantongi sejak awal 2023. Sementara itu, sisa dana jumbo senilai Rp4,1 triliun justru masih parkir manis dalam bentuk deposito dolar AS.

Dalam keterbukaan informasi yang dirilis Selasa (15/7), Direktur Keuangan PGEO Yurizki Rio memaparkan bahwa perusahaan mengantongi hasil IPO sebesar Rp9,05 triliun, dengan biaya pelaksanaan mencapai Rp283,1 miliar. Alhasil, dana bersih yang bisa digunakan perseroan mencapai Rp8,77 triliun.

Dari jumlah itu, PGEO mengklaim telah menggunakan dana sebesar Rp3,13 triliun untuk belanja modal (capex), khususnya untuk pengembangan kapasitas wilayah kerja panas bumi (WKP) yang sudah ada, termasuk lewat teknologi cogeneration dan digitalisasi manajemen reservoir.

Tak hanya itu, sekitar Rp1,53 triliun juga digunakan untuk mencicil pinjaman sindikasi berdasarkan perjanjian fasilitas kredit yang diteken pada 23 Juni 2021, termasuk dengan Bank Mandiri sebagai salah satu kreditur utama.

Total dana yang sudah diserap PGEO per 30 Juni 2025 baru mencapai Rp4,66 triliun alias hanya 53% dari total dana bersih IPO.

Sekitar Rp4,1 triliun masih disimpan dalam bentuk deposito dolar AS di Bank BTN, dengan tenor triwulanan dan suku bunga 5,65% hingga 5,85%.