Presiden: Demokrasi Kita Bukan Saling Hujat dan Menjatuhkan

Presiden Prabowo Subianto ketika menyampaikan pidatonya pada Sidang Tahunan MPR dalam rangka HUT Kemerdekaan RI ke-40 di Gedung MPR/DPR RI, Senayan, Jakarta, Jumat (15/8).
EmitenNews.com - Presiden Prabowo Subianto menyampaikan bahwa transisi kepemimpinan nasional dari Joko Widodo (Jokowi) ke pemerintahan yang ia pimpin berjalan dalam semangat persatuan, penuh kehormatan, dan kedewasaan politik. Peralihan kepemimpinan yang diakui dunia sebagai peralihan yang lancar dan sangat baik menurutnya merupakan bukti demokrasi kita matang dan kuat.
"Tidak semua negara mampu melaksanakan transisi kepemimpinan dengan baik dan lancar seperti kita. Di mana-mana, ketika saya berada di luar negeri, banyak pemimpin negara sahabat bertanya kepada saya: How did you do it? How did Indonesia manage?," ungkap Prabowo dalam pidatonya pada Sidang Tahunan MPR dalam rangka HUT Kemerdekaan RI ke-40 di Gedung MPR/DPR RI, Senayan, Jakarta, Jumat (15/8).
Disampaikannya bahwa kita berhasil karena kita menganut demokrasi yang khas Indonesia. "Demokrasi yang sejuk. Demokrasi yang mempersatukan; bukan demokrasi yang saling gontok-gontokan, saling menjatuhkan, saling maki-memaki, saling menghujat. Bukan demokrasi yang saling membenci," tegasnya.
Menurutnya warisan demokrasi inilah harus dipegang teguh karena sesuai dengan budaya kekeluargaan, gotong royong, dan budaya mikul dhuwur mendem jero. Budaya saling mengisi, saling mendukung, tepo seliro, menahan diri, budaya bisa merasa, bukan merasa bisa.
"Kita paham dan mengerti bahwa dalam suatu negara modern perlu ada pengawasan. Perlu ada transparansi dalam menjalankan kekuasaan. Kita paham sejarah umat manusia: Jika ada kekuasaan yang tidak diawasi maka kekuasaan akan menjadi korup. Kekuasaan yang absolut akan korup secara absolut."
Presiden memahami bahwa korupsi adalah masalah besar bangsa ini. Perilaku korupsi ada di setiap eselon birokrasi, setiap institusi dan organisasi Pemerintahan. Perilaku korup ada di BUMN-BUMN dan BUMD-BUMD kita. Ini bukan fakta yang harus kita tutup-tutupi.
Setelah 299 hari saya memimpin Pemerintahan eksekutif, saya semakin mengetahui berapa besar tantangan kita. Berapa besar penyelewengan yang ada di lingkungan Pemerintahan kita. Hal ini tidak baik, tapi harus saya laporkan kepada para wakilwakil rakyat Indonesia.
Dalam pidato pelantikan saya di sini, saya sampaikan, bangsa Indonesia harus berani melihat kekurangan-kekurangan sendiri, harus berani melihat kesalahan-kesalahan kita sendiri, harus berani melihat penyakit-penyakit yang ada di tubuh kita - agar kita bisa perbaiki kekurangankekurangan tersebut. Tanpa mau mengakui, tidak mungkin kita mampu memperbaiki.(*)
Related News

Prabowo Ultimatum Jenderal di Belakang Perkebunan dan Tambang Ilegal

Kasus Tambang Ilegal di Kalteng, Polri Tetapkan Seorang Tersangka

Geledah Rumah Gus Yaqut, KPK Sita Dokumen dan Barang Bukti Elektronik

Berantas Tambang Ilegal, Presiden akan Tindak Tegas Beking Jenderal

Tanggapi Pidato Presiden, Puan Harapkan APBN Mudahkan Hidup Rakyat

Jaga Konsumsi Domestik, Indonesia Shopping Festival 2025 Digelar