EmitenNews.com - Presiden Joko Widodo menyebutkan adanya bahaya dari perubahan iklim. Untuk itu, ia mengingatkan masyarakat untuk bahu membahu mengatasi masalah perubahan iklim yang menjadi salah satu petaka besar bumi. Bahayanya karena sudah menimbulkan krisis pangan, sehingga negara pengekspor beras makin berkurang.

 

Dalam keterangannya yang dikutip Sabtu (14/10/2023), Presiden Jokowi menekankan, dampak perubahan iklim tersebut sudah semakin dirasakan seluruh masyarakat dunia, termasuk di Indonesia. Ditandai dengan cuaca yang kian memanas, menyebabkan kekeringan berkepanjangan.

 

"Hati-hati, hati-hati, ancaman perubahan iklim sudah nyata dan sudah kita rasakan dan dirasakan semua negara di dunia. Suhu bumi semakin panas, cuaca juga semakin panas, kekeringan ada di mana-mana bukan hanya di Indonesia," tegas Presiden Jokowi dalam Festival Lingkungan, Iklim, Kehutanan, dan Energi Baru Terbarukan (LIKE) di Indonesia Arena Gelora Bung Karno, Jakarta.

 

Perubahan iklim ini menurut Jokowi juga terbukti telah mengakibatkan munculnya berbagai macam krisis, salah satunya pangan. Banyak negara kini kesulitan mendapatkan bahan pangan, baik dari produksi dalam negeri maupun impor.

 

"Akhirnya ada krisis pangan, beberapa negara kekurangan pangan baik itu gandum, beras," ujar mantan Gubenur DKI Jakarta itu.

 

Persoalan krisis pangan pun kini semakin rumit karena belasan negara memilih untuk menahan ekspor, khususnya beras. Mereka berusaha melindungi pasokan di dalam negerinya masing-masing.

 

Pasalnya, negara pengekspor beras di dunia sudah makin berkurang. Biasanya, kata Jokowi, yang biasanya ada 19 negara pengekspor beras, sekarang sudah setop ekspornya. “Tidak diekspor lagi sehingga banyak negara yang harga berasnya naik termasuk di Indonesia sedikit naik." ***