EmitenNews.com - Perekonomian Indonesia memasuki fase baru yang signifikan. Hal itu ditandai dengan perubahan struktural dalam neraca perdagangan dan pujian dari International Monetary Fund (IMF) mengenai kinerja ekonomi nasional. Dalam laporan terbaru, IMF menyoroti pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,3% pada tahun 2023 dan diperkirakan akan terus tumbuh meskipun ada ketidakpastian di pasar global. 

"Dua dekade artinya mulai 2004 sampai 2024. Secara struktural memang berubah radikal. Neraca perdagangan luar negeri kini bertumpu pada ekspor nonmigas, dan ekspor produk manufaktur mulai bertambah," ungkap pengamat ekonomi bisnis Eddy Herwanto kepada EmitenNews, Kamis (2/1/2025).

Dalam dua dekade terakhir, Indonesia telah bertransformasi dari ketergantungan pada migas menuju diversifikasi ekspor yang lebih luas. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2023, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar USD36,93 miliar, dengan nilai ekspor nonmigas mencapai USD258,82 miliar.

  • Ekspor Non-Migas: Pada periode Januari-Oktober 2024, nilai ekspor nonmigas mencapai $204,21 miliar, meningkat 1,48% dibandingkan tahun sebelumnya.
  • Surplus Neraca Perdagangan: Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan selama 53 bulan berturut-turut hingga September 2024.

"Kita kuat dari guncangan eksternal karena tidak lagi bertumpu pada ekspor migas yang harganya sering bergejolak. Ini menunjukkan bahwa diversifikasi produk ekspor telah membuat Indonesia lebih tangguh dalam menghadapi tantangan global,” kata Eddy Herwanto.

Sementara itu, investasi asing atau Penanaman Modal Asing (PMA) memainkan peran penting dalam membentuk neraca perdagangan Indonesia. PMA tidak hanya meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri tetapi juga memberikan akses pada teknologi baru yang dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas produk.

Menurut analisis lembaga riset ekonomi, aliran masuk investasi asing diharapkan dapat merangsang pertumbuhan ekspor melalui interaksi yang kompleks. Meningkatnya investasi di sektor-sektor strategis seperti manufaktur dan infrastruktur telah membantu meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global.

Namun, perlu dicatat bahwa peningkatan investasi asing juga dapat menyebabkan lonjakan impor barang modal dan bahan baku. Pada tahun 2023, impor barang modal mencapai sekitar USD15 miliar. Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun investasi asing dapat meningkatkan ekspor, mereka juga berpotensi memperburuk neraca perdagangan jika nilai impor lebih tinggi daripada nilai ekspor.

Dampak terhadap Pajak dan Cadangan Devisa

Eddy Herwanto menambahkan bahwa pajak nonmigas juga makin besar peranannya terutama dari PPh Badan Usaha yang makin sehat dan memetik banyak laba. Hal ini semakin menguatkan pentingnya sektor nonmigas dalam perekonomian nasional. 

Sebagai contoh, Grup Djarum mampu menyetor pajak penghasilan (PPh) sebesar Rp20 triliun dari PPh BCA. Makin sehat badan usaha tidak hanya menyetor pajak tetapi juga dapat menciptakan lapangan kerja baru yang berkontribusi pada penguatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Data menunjukkan bahwa cadangan devisa Indonesia pada akhir tahun 2023 mencapai USD135 miliar, memberikan buffer yang cukup untuk menghadapi guncangan eksternal. Hal ini juga mencerminkan kepercayaan investor asing terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.

Respons Menko Airlangga terhadap Pujian IMF

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyambut baik pujian dari IMF mengenai stabilitas perekonomian Indonesia. "Kami berkomitmen untuk terus mendorong pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan." 

Airlangga menekankan pentingnya kebijakan pemerintah yang proaktif dalam menjaga stabilitas ekonomi.

IMF juga mencatat bahwa reformasi struktural yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia telah memberikan dampak positif terhadap iklim investasi. Hal ini terlihat dari meningkatnya minat investor asing untuk menanamkan modal di berbagai sektor strategis.

Namun, Menko Airlangga mengingatkan bahwa meskipun perekonomian menunjukkan tanda-tanda positif, tantangan tetap ada. "Kita harus tetap waspada terhadap potensi risiko global yang dapat mempengaruhi perekonomian kita."

Pemerintah akan terus memprioritaskan pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kualitas pendidikan untuk memastikan bahwa tenaga kerja Indonesia siap bersaing di pasar global. Selain itu, peningkatan infrastruktur juga menjadi fokus utama untuk mendukung konektivitas dan efisiensi ekonomi.