Saham BRMS, ADRO dan TOBA Bisa Dilirik Saat Market Wait & See

ilustrasi bullish vs bearish. Dok/EmitenNews
EmitenNews.com -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia mengakhiri pekan ini dengan penguatan moderat sebesar 12,60 poin atau 0,17% ke level 7.543,50 di tengah tekanan dari pasar regional yang mayoritas melemah.
"Meski indeks LQ45 justru terkoreksi 0,66%, pergerakan IHSG mencerminkan ketahanan pasar domestik terhadap ketidakpastian global, termasuk isu perang dagang dan sinyal perlambatan ekonomi Eropa," kata Hendra Wardana Founder StockNow.id
Aktivitas perdagangan tercatat cukup aktif, dengan nilai transaksi mencapai Rp11,9 triliun di mana Rp1,59 triliun berasal dari pasar negosiasi. Dari sisi makro, nilai tukar rupiah di pasar spot menguat tipis ke Rp16.310 per dolar AS, menunjukkan stabilitas di tengah volatilitas eksternal.
Handra juga menyoroti di sektor korporasi, investor mencermati langkah transformasi strategis dari emiten-emiten berbasis sumber daya alam yang mulai berorientasi pada transisi energi. Salah satunya adalah PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), anak usaha dari Grup Bakrie yang kini mulai serius menggarap potensi tambang tembaga melalui anak usahanya, PT Gorontalo Minerals. Meski saat ini pendapatan BRMS masih didominasi oleh produksi emas dari proyek Citra Palu Minerals, dengan laba bersih kuartal I 2025 yang melonjak lebih dari 300% yoy ke USD14 juta, manajemen perusahaan secara eksplisit menyatakan fokus mereka kini adalah mempercepat eksplorasi dan pengembangan tembaga di Gorontalo. Potensi sumber daya proyek ini sangat besar, dengan estimasi cadangan probable mencapai 105 juta ton dan kadar tembaga hingga 0,7%. Jika terealisasi sesuai target, BRMS tidak hanya menjadi diversifikasi strategis bagi Grup Bakrie, namun juga bisa menjelma sebagai salah satu produsen tembaga nasional yang signifikan, mendukung
Transformasi serupa juga dilakukan oleh PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), yang sebelumnya dikenal sebagai Adaro Energy. Perubahan nama ini menandai pergeseran fundamental dari perusahaan yang sebelumnya fokus pada batu bara termal menjadi entitas energi terintegrasi yang lebih berkelanjutan. Saat ini, ADRO hanya mempertahankan bisnis batu bara kokas yang lebih ramah lingkungan dan digunakan dalam industri baja, sementara secara agresif mengembangkan bisnis energi hijau melalui Adaro Green dan Adaro Minerals. Investasi besar mereka diarahkan ke proyek-proyek PLTS, PLTA, dan hidrogen, serta pembangunan rantai pasok baterai kendaraan listrik dengan cadangan nikel dan bauksit sebagai tulang punggungnya. Visi Adaro Energy 4.0 yang menggabungkan energi bersih, mineral masa depan, dan ekosistem EV supply chain menunjukkan keseriusan perusahaan dalam menghadapi era dekarbonisasi. Dengan strategi tersebut, saham ADRO direkomendasikan buy dengan target harga Rp2.100.
Perubahan arah bisnis menuju keberlanjutan juga diperlihatkan oleh PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), yang kini mengonsolidasikan lini usahanya ke dalam satu ekosistem energi hijau, mencakup pembangkit terbarukan, pertambangan, hingga kendaraan listrik. Emiten ini menjadi contoh nyata dari perusahaan energi tradisional yang bertransformasi secara proaktif menyambut era energi bersih. TOBA kini semakin menonjol sebagai salah satu pemain penting dalam pembangunan infrastruktur energi hijau nasional. Dengan strategi jangka panjang yang jelas dan portofolio bisnis yang terdiversifikasi, saham TOBA dinilai menarik untuk dikoleksi dengan target harga Rp1.200.
Di sisi eksternal, ketidakpastian masih menjadi tema dominan, khususnya dari Eropa dan Asia. Indeks utama seperti DAX Jerman dan Nikkei Jepang melemah tajam akibat kekhawatiran terhadap dampak jangka pendek negosiasi tarif AS–Uni Eropa, serta turunnya kepercayaan konsumen di Inggris dan Jerman. Sementara itu, pasar AS tetap relatif stabil, dengan indeks Dow dan S\&P futures menguat didorong ekspektasi penyelesaian kesepakatan dagang dan laporan laba emiten yang solid. Di pasar komoditas, harga minyak mencatat kenaikan moderat setelah penguatan sebelumnya, sementara harga emas dan logam industri seperti tembaga dan perak mengalami koreksi akibat penurunan minat aset safe haven seiring optimisme dagang global.
Dengan mempertimbangkan sentimen global yang masih campuran dan sikap wait and see investor terhadap arah kebijakan dari China dan AS, IHSG pada awal pekan diperkirakan bergerak terbatas dengan kecenderungan menguat. Resistance jangka pendek berada di area 7.600, sementara support kuat di kisaran 7.478. "Fokus pasar akan tetap tertuju pada saham-saham sektor sumber daya yang tengah mentransformasi model bisnisnya ke arah energi dan mineral strategis, yang saat ini justru menjadi penopang utama dalam narasi pertumbuhan jangka panjang pasar modal Indonesia," tutup Hendara.
Related News

BRI Jaga Ekosistem, Ajak Masyarakat Rawat Sungai Bersama

AADI-SCMA Masuk, ESSA, dan SIDO Terlempar dari LQ45

MERI, BLOG, dan PSAT Ramaikan 10 Saham Top Losers Pekan Ini

Cek! Ini 10 Saham Top Gainers dalam Sepekan

Mayora Sajikan Dampak Sosial via Program CSR Berkelanjutan

IHSG Melambung 3,17 Persen, Kapitalisasi Pasar Sentuh Rp13.519 Triliun