Saham Energi Baru Terbarukan (EBT), Secerah Apa?
ilustrasi energi terbarukan di papan perdagangan BEI. Foto/Rizki EmitenNews
EmitenNews.com -Dari data Kementrian ESDM, dalam 3 tahun terakhir total pasokan energi primer masih didominasi oleh batubara 42%, minyak 31%, gas 14% dan EBT 12,3%. Pemanfaatan energi sebagai pembangkit listrik pun masih didominasi oleh batubara dengan hampir separuh total kapasitas nasional, disusul oleh energi gas sebesar 25%, dan pembangkit listrik berbasis EBT baru mencapai 15%. Pemerintah sendiri menargetkan bauran energi di sektor ketenagalistrikan dari EBT sebesar 25% pada 2025 dan 31% pada 2030. Sampai saat ini pemanfaatan EBT pada pembangkit listrik masih didominasi oleh tenaga air (58%), panas bumi (20%), dan biomassa (18%).
Dari sisi potensi Energi Baru Terbarukan (EBT), total ada 3.687 GW kapasitas potensi listrik yang bisa dihasilkan, namun baru 0,30% yang baru dimanfaatkan atau sekitar 12,6 GW. Artinya masih sangat besar ruang untuk tumbuh dan berkembang bagi EBT. Rinciannya yaitu Energi Panas Bumi dengan total potensi tenaga listrik 23 GW baru dimanfaatkan 10,30% (2,4 GW), jenis EBT dari Bioenergi dengan total potensi 57 GW baru dimanfaatkan 3,1 GW (5,40%), energi dari Angin (Bayu) dengan total potensi 155 GW baru dimanfaatkan 0,2 GW (0,10%), energi dari Air dengan total potensi 95 GW baru termanfaatkan 6,7 GW (7,00%), dan energi dari Tenaga Surya dengan total potensi 3.294 GW baru termanfaatkan 0,3 GW (0,01%). Bahkan energi dari Arus Air Laut dengan total potensi 63 GW, belum ada informasi mengenai pemanfaatan energi terbarukan yang bersumber dari arus air laut.
Di Bursa Efek Indonesia (BEI), sudah ada enam perusahaan yang bergerak dalam pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) yaitu PT Barito Renewables Energy Tbk, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, PT Arkora Hydro Tbk, PT Semacom Integrated Tbk, PT Kencana Energi Lestari Tbk, dan PT Terregra Asia Energy Tbk. Oke, kita bahas satu per satu.
1. PT Barito Renewables Energy Tbk
Perusahaan dengan kode emiten BREN ini pertama kali IPO pada tanggal 09 Oktober 2023 dengan melepas 4.015.000.000 lembar saham di harga Rp 780,- Waktu itu BREN mengalami oversubscribed 135,2 kali. Pada kuartal III-2024, market cap BREN sebesar Rp 882,989 triliun dengan harga saham penutupan kuartal III-2024 yaitu Rp 6.600,- BREN mempunyai 133.786.220.000 lembar saham yang terdaftar di bursa.
Beberapa analis mengatakan saham BREN merupakan death of fundamentals. Hal ini bukan tanpa alasan, asset BREN USD 3.786 million (Rp 57,313 triliun) dengan liability USD 3.049 million (Rp 46,163 triliun) dan equity USD 224 million (Rp 7,748 triliun), dengan Debt to Equity Ratio (DER) 5,96 kali. Price to Book Value (PBV) BREN 113,96 kali (wow) dan EBIT BREN hanya 1,08 kali. Cash BREN sebesar USD 549,749 thousand (Rp 8,323 triliun). Cash BREN lebih besar dari equity entitas induk.
Pada kenyataannya harga saham BREN pernah hampir tembus Rp 12.000 per lembar, dan pada kenyataannya jumlah investor BREN tembus 44.800 investor. Pada kuartal-III 2024, BREN membukukan revenue USD 441 million (Rp 6,681 triliun) dan nett profit USD 84.512 thousand (Rp 1,280 triliun) dengan Gross Profit Margin 49,39%.
BREN sendiri mengoperasikan tiga proyek energi panas bumi yaitu Wayang Windu Jawa Barat (kapasitas 230,5 MW), Darajat-II Jawa Barat (kapasitas 274,5 MW), dan Gunung Salak Jawa Barat (kapasitas 381 MW). BREN juga melakukan eksplorasi energi panas bumi di Suoh Sekincau Lampung dan Hamiding Maluku Utara. Selain itu, BREN juga melakukan disversifikasi portofolio energi dengan mengakuisisi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB) yaitu mengakuisisi PT UPC Sukabumi Bayu Energi (Jawa Barat), PT UPC Lombok Timur Bayu Energi (NTB), PT UPC Sidrap Bayu Energi (Sulawesi Selatan), dan PT Operation & Maintenance Indonesia (Jawa Barat). BREN menjual masa depan dengan harga saat ini.
2. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk
Perusahaan dengan kode emiten PGEO ini IPO pada tanggal 24 Februari 2023 dengan melepas 10.350.000.000 lembar saham (setara 25% modal perusahaan) dengan harga Rp 875,-. PGEO mengalami oversubscribed 3,81 kali. Pada kuartal-III 2024, market cap BREN sebesar Rp 47,108 triliun dengan harga saham penutupan Q3 2024 Rp 1.135,- PGEO mempunyai 41.505.041.472 lembar saham yang terdaftar di bursa.
Pada kuartal-III 2024, asset PGEO menjadi Rp 44,652 triliun, dengan liability Rp 14,608 triliun dan equity Rp 30,047 triliun. PGEO membukukan pendapatan Rp 4,463 triliun dengan nett profit Rp 2,029 triliun. Gross Profit Margin PGEO sebesar 63,13%.
PGEO mengoperasikan kurang lebih 18 titik sumber energi panas bumi, baik yang dioperasikan sendiri maupun joint operation contract. Beberapa titik tersebut yaitu Kamojang Jawa Barat (1,693 GW), Lahendong Sulawesi Utara (868 MW), Sibayak Sumatera Utara (Reaktivasi), Ulubelu Lampung (1,606 GW), Karaha Jawa Barat (96 MW), Lumut Balai Sumatera Selatan (469 MW). Site dalam tahap pengembangan yaitu Sungai Penuh Jambi (55 MW), Lumut Balai Unit-II Sumatera Selatan (55 MW), dan Hululais Bengkulu (110 MW).
PGEO juga melakukan eksplorasi sumber panas bumi baru yaitu Bukit Daun (Bengkulu), Way Ratai (Lampung), Seulawah (Aceh), dan Kotamobagu (Sulawesi Utara). Selain itu PGEO juga Joint Operation Contract (JOC) dengan IPP (Independent Power Producer) yang lain yang berlokasi di Bedugul (Bali), Darajat (Jawa Barat), Sarulla (Sumatera Utara), Salak (Jawa Barat) dan Wayang Windu (Jawa Barat).
Dengan wilayah kerja yang dimiliki, PGEO berkontribusi terhadap 88% kapasitas panas bumi terpasang di Indonesia.
3. PT Arkora Hydro Tbk
Perusahaan dengan kode emiten ARKO ini IPO pada tanggal 08 Juli 2022 dengan melepas 579.900.000 lembar saham dengan harga Rp 300,-. Pada 2023 ARKO mengelola PLTA dengan total produksi 97,611 MWh. Target produksi energi listrik ARKO di 2024 sebesar 139,819 MWh. ARKO mengelola empat PLTA yaitu PLTA Cikopo 2 Jawa Barat (7,4 MW), PLTA Tomasa Sulawesi Tengah (10 MW), PLTA Yaentu Sulawesi Tengah (10 MW) dan PLTA Kukusan 2 Lampung (5,4 MW). Selain itu ada sekitar 20 titik PLTA yang masih dalam tahap pengembangan.
Pada kuartal-III 2024, market cap ARKO sebesar Rp 2,826 triliun dengan harga saham Rp 965,- ARKO mempunyai 2.928.495.000 lembar saham yang terdaftar di bursa. Pada kuartal-III 2024 ARKO membukukan pendapatan sebesar Rp 153,514 milyar dengan laba bersih Rp 40,372 milyar. Gross Profit Margin ARKO sebesar 44,12%.
Related News
Dampak Medsos dalam Mendorong Minat Masyarakat Terhadap Investasi
Perspektif Analis: Memanfaatkan Tren Investasi Global 2025
Tekstil Ilegal, Bagaimana Bea Cukai dan Industri Lokal Bersinergi?
Bulan Baik dan Bulan Buruk dalam Berinvestasi Saham, Memang Ada?
Menyelam Sambil Minum Air dengan Fasilitas Pinjam Meminjam Efek (PME)
Strategi Jitu Berinvestasi Saham Saat PPN Jadi 12 Persen