EmitenNews.com - Bursa Efek Indonesia (BEI) menyampaikan bahwa tengah menyoroti pergerakan dan Saham milik Hapsoro suami Puan Maharani yaitu PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) terkait pergerakan harga saham yang diluar kebiasaan atau Unusual Market Activity (UMA).

Status ini diberikan setelah harga saham emiten yang baru saja melakukan penawaran umum perdana (IPO) mencapai batas auto reject atas (ARA) selama lima hari berturut-turut, mencatat kenaikan lebih dari 200%.

Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI, Yulianto Aji Sadono, mengungkapkan bahwa BEI tengah mencermati perkembangan pola transaksi saham RATU yang terus meningkat secara signifikan di luar kebiasaan.

"Sehubungan dengan terjadinya Unusual Market Activity atas saham RATU tersebut, perlu kami sampaikan bahwa Bursa saat ini sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham ini," ujarnya dalam pengumuman pada Rabu (15/1/2025).

Saat ini, harga saham RATU berada di level Rp3.470 per saham, memberikan return sebesar 201,74% bagi pemegang saham yang membeli saat IPO di harga Rp1.150 per saham.

Saham yang diboyong Henan Sekuritas dan Sucor Sekuritas itu mencatat ARA pada debut perdananya ke Rp1.435 dan terus mencetak ARA hingga harga terkunci setiap kali pasar baru dibuka. Saat ini Kapitalisasi pasar anak perusahaan PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) menjadi Rp9,4 triliun.

Emiten minyak dan gas bumi PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (8/1/2025).

Pada debut perdagangan perdananya saham Emiten milik Happy Hapsoro suami Puan Maharani tersebut dibuka langsung melonjak 24,78 persen atau naik menjadi Rp 1.434 per saham dari harga perdana Rp1.150 per saham.

RATU menawarkan 543,10 juta saham biasa. Jumlah tersebut setara dengan 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. Adapun jumlah itu terdiri dari 190,53 juta saham baru yang dikeluarkan oleh RATU atau setara dengan 7 persen.

Sementara itu, sebanyak 352,95 juta saham merupakan saham milik RAJA dalam rangka divestasi atau setara 13 persen. Dengan demikian, emiten yang bergerak di sektor minyak dan gas bumi ini berpotensi mengantongi dana Rp 624,46 miliar.

Pada saat IPO Ratu kelebihan permintaan (oversubscription) hingga 313,15 kali dengan total 137.932 pada periode penawaran umum pada 2 sampai 6 Januari 2025.


Yulianto menegaskan bahwa pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan di bidang Pasar Modal. Ia mengingatkan para pelaku pasar untuk mencermati fundamental perusahaan dan keterbukaan informasi yang disediakan oleh BEI.

"Investor diharapkan untuk mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi," tutupnya.