EmitenNews.com - Kesempatan investor minyak dan gas bumi (migas) mendapatkan pengelolaan Wilayah Kerja (WK) Panai masih terbuka lebar. Terlebih WK Panai merupakan salah satu WK yang menyimpan potensi gas besar dengan split bagi hasil tinggi.


Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Direktorat Jenderal Migas Ariana Soemanto mengungkapkan pemerintah kembali membuka penawaran WK Panai melalui mekanisme lelang langsung secara regular pada bulan Mei lalu.


"Ini salah satu area WK yang menarik dikembangkan. Selain ditawarkan melalui mekanisme lelang reguler dengan split bagi hasil tinggi, WK Panai berada di lokasi strategis dikelilingi infrastruktur yang mendukung serta memiliki potensi hidrokarbon," ungkapnya saat membuka acara Indonesian Petroleum Association (IPA) Convention & Exhibition (IPA Convex) 2024 beberapa waktu lalu.


Ariana menjelaskan secara spesifik lokasi strategis WK Panai. Berada di daratan dan lepas pantai Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Riau dengan luas area 5.180,46 km2, sekitar WK Panai terdapat beberapa WK aktif yang telah terbukti memiliki kandungan hidrokarbon, seperti WK Coastal Plain Pekanbaru (CPP), WK Kisaran, WK Rokan, dan WK Siak.


WK eksplorasi dengan perkiraan sumber daya gas sekitar 500 Billion Cubic Feet (BCF) ini ditawarkan dengan split high risk. Pada gas bumi, kontraktor akan mendapatkan 45% after tax, sedangkan untuk minyak bumi, kontraktor akan mendapatkan 40% after tax.


"Tentu ini menjadi hal menarik, dimana meskipun dengan lokasi WK Panai yang berada di wilayah Sumatera, wilayah yang tergolong mature, namun memiliki split yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan split WK di sekitarnya," ujarnya.


WK Panai berada di cekungan Sumatera Tengah yang merupakan cekungan busur belakang tersier yang terletak di bagian tengah Pulau Sumatera. Cekungan Sumatera Tengah terbukti merupakan salah satu cekungan kaya hidrokarbon paling produktif di Indonesia dan Asia Tenggara. Hidrokarbon pada cekungan ini pertama kali diketahui dari rembesan minyak di daerah Lubuk Bendahara, Sungai Rokan yang dipublikasikan pada tahun 1920.


"WK ini memiliki potensi baik thermogenik maupun biogenik yang keduanya dapat menjadi opsi bagi investor dalam pengembangannya," jelas Ariana.(*)