EmitenNews.com - PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF hingga September 2025 mencatatkan pertumbuhan aset menjadi Rp53,66 triliun per Triwulan III 2025, meningkat 6,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

“Hingga September 2025, pertumbuhan aset SMF mencapai Rp53,66 triliun, liabilitas Rp32,76 triliun, ekuitas Rp20,90 triliun. Kemudian pendapatan Rp2,42 triliun dan laba bersih Rp432 miliar. Kami optimis pertumbuhan kinerja pada akhir tahun sesuai dengan RKAP,” kata Bonai Subiakto, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko SMF di Surakarta, Jumat (14/11/25).

Laba bersih Rp432 miliar tersebut naik 3 persen dibandingkan September 2024. Pertumbuhan ini mencerminkan ketahanan bisnis SMF di tengah tantangan ekonomi yang tumbuh berkelanjutan.

“SMF juga mengambil peran strategis dalam mendukung kebijakan moneter nasional. Penetapan Surat Utang SMF sebagai underlying transaksi REPO Bank Indonesia pertama menunjukkan pengakuan otoritas moneter atas kualitas aset SMF dan perannya dalam menjaga likuiditas sistem keuangan,” tambah Heliantopo, Direktur Bisnis SMF.

Ketersediaan instrumen REPO berbasis surat utang SMF memberikan opsi likuiditas yang lebih luas bagi perbankan, sehingga memperkuat fungsi intermediasi yang pada akhirnya mendorong penyaluran pembiayaan perumahan.

Surat Utang SMF menjadi surat utang pertama yang dinyatakan eligible sebagai underlying transaksi REPO Bank Indonesia berdasarkan outstanding yang besar, kepemilikan oleh perbankan, credit rating idAAA, status entitas, serta likuiditas di pasar.

“Dengan masuknya obligasi SMF dalam daftar underlying REPO Bank Indonesia, perbankan kini memiliki sarana tambahan untuk mengelola likuiditasnya di pasar uang. Hal ini memperkuat stabilitas sistem keuangan dan pada akhirnya mendorong pembiayaan sektor perumahan yang lebih sehat dan berkelanjutan,” jelasnya.

Sinergi kebijakan fiskal melalui penyaluran pembiayaan, serta dukungan moneter melalui instrumen REPO BI, menciptakan ekosistem pembiayaan perumahan yang lebih stabil, berkelanjutan, dan inklusif.

“Langkah ini diharapkan mempercepat pencapaian target Program Pemerintah 3 Juta Rumah, sekaligus menekan angka backlog yang hingga kini masih mencapai 9,87 juta rumah tangga,” pungkasnya.(*)