“Kedua, pastikan aspek kehati-hatian tetap dijaga dalam pengelolaan risiko,” ujar Wapres.

 

Menurutnya, dalam perekonomian global yang masih tidak menentu ini, diperlukan perhitungan dan kecermatan ekstra saat menentukan investasi aset. Oleh karena itu, Wapres meminta, hindari aset-aset berisiko tinggi dan pastikan kesehatan keuangan perusahaan asuransi tetap terjaga.

 

“Lakukan pengelolaan keuangan perusahaan secara efisien dan saksama, namun tetap lincah dan adaptif terhadap perkembangan dan kebutuhan masyarakat,” pintanya.

 

Wapres pun secara khusus mengemukakan, pentingnya industri asuransi untuk menjamin dan melindungi data pribadi nasabah guna mencegah penyalahgunaannya. Ia menerangkan, kejahatan siber global telah memunculkan kerugian yang sangat besar bagi masyarakat dan negara.

 

Sebagaimana data International Monetary Fund (IMF), sebut Wapres, kerugian rata-rata tahunan akibat serangan siber yang dialami sektor keuangan global mencapai lebih dari 1.400 triliun rupiah.

 

“Untuk itu, saya minta otoritas sektor keuangan, termasuk pelaku industri, agar meningkatkan pengawasan terhadap kegiatan perasuransian, khususnya perlindungan data pribadi nasabah,” ucapnya.

 

Ketiga, sambung Wapres, jaga penerapan prinsip syariah dalam seluruh produk dan layanan kepada masyarakat. Ia mengimbau, pelaku industri asuransi agar terus mengusung nilai-nilai kebaikan syariah dalam menjalankan setiap aspek bisnisnya serta menjamin keamanan dan kenyamanan nasabah.

 

“Kita harapkan nantinya semakin banyak masyarakat yang memilih asuransi syariah bukan semata untuk memenuhi tuntunan agama, melainkan karena meyakini keunggulan produk dan layanannya,” pesan Wapres.