Suku Bunga Kredit Bank Masih Tinggi, Sebagai Regulator Ini Langkah OJK

Ilustrasi Otoritas Jasa Keuangan. dok. Investor Daily.
EmitenNews.com - Suku bunga kredit perbankan masih tinggi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan tidak akan mengimbau lebih kepada perbankan untuk meminta menurunkan suku bunga kredit yang saat ini terbilang masih cukup tinggi.
Sejauh ini, Bank Indonesia cukup agresif menurunkan suku bunga atau BI Rate sebesar 125 bps, sedangkan bunga simpanan bank hanya turun 16 bps pada Agustus 2025.
"Kami tidak bicara mengenai intervensi langsung kepada bank, karena itu kan tidak dilakukan oleh regulator. OJK hanya sebagai regulator," ujar Ketua Dewan Komisioner (DK) OJK Mahendra Siregar kepada wartawan di Jakarta, Rabu (22/10/2025).
Menurut Mahendra Siregar, pemerintah hanya mengambil langkah penetapan bunga sebesar 4% dari guyuran likuiditas ke perbankan senilai Rp200 triliun.
Kebijakan itu, diharapkan mampu turut membuat para perbankan, khususnya Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) berkompetisi untuk menetapkan suku bunga kredit yang lebih menarik kepada nasabah.
"Dengan adanya bunga yang 4%, memberikan keleluasaan posisi tawar kepada bank untuk tidak semata-mata menerima begitu saja permintaan dari para deposan," tutur dia.
Sebelumnya, Bank Indonesia mengkritik lambatnya respons perbankan dalam menurunkan suku bunga kredit. Tingginya suku bunga kredit ini, dinilai berdampak pada enggannya pengusaha menanggung beban tinggi pembiayaan dan berdampak pada lambatnya pertumbuhan ekonomi.
Dalam catatan BI, penyebab rendahnya penurunan suku bunga karena bank masih memberikan deposito special rate atau deposito berbunga khusus di atas suku bunga penjaminan LPS 3,75%. Totalnya mencapai 25% dari total Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp2.130 triliun.
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (17/9/2025), mengungkapkan, pihaknya memandang suku bunga deposito dan kredit perbankan perlu segera turun, sehingga dapat meningkatkan penyaluran pembiayaan sebagai upaya bersama dalam dukung pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.
Sementara itu, kinerja kredit perbankan pada September 2025 mencatatkan pertumbuhan, meski tipis. Bank Indonesia melaporkan ada pertumbuhan tipis, menjadi 7,7% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari pertumbuhan kredit pada bulan sebelumnya, yakni 7,56% per Agustus 2025.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan permintaan kredit belum kuat, dipengaruhi oleh sikap pengusaha yang menunggu dan mengamati. Kemudian, optimalisasi pembiayaan oleh korporasi masih minim, dan suku bunga kredit juga masih tinggi. Ia menyebutkan, kredit perbankan perlu terus ditingkatkan.
Perkembangan ini tercermin dari fasilitas pinjaman dan plafon pembiayaan yang belum dicairkan atau undisburse loan pada September 2025 masih besar, yakni mencapai Rp2.374,8 triliun atau 22,54% dari plafon kredit yang tersedia.
Ini terutama pada segmen korporasi, dengan kontribusi utama dari sektor perdagangan, industri, dan pertambangan, serta kredit modal kerja.
Dari sisi penawaran, ketersediaan pembiayaan bank cukup memadai ditopang rasio alat liquid per Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tercatat 29,29%.
DPK tercatat tumbuh 11,18% yoy pada september 2025, seiring ekspansi keuangan pemerintah. Termasuk penempatan dana pemerintah pada bank besar dan kebijakan pelonggaran moneter berupa insentif likuiditas makroprudensial atau KLM dalam jumlah besar.
Satu hal, BI melihat minat penyaluran kredit bank pada nasabah cukup baik. Itu tercermin dari persyaratan pembiayaan atau lending requirement, kecuali segmen konsumsi dan Usaha Menengah, Kecil, dan Mikro (UMKM), seiring sikap kehati-hatian pada kedua segmen tersebut. ***
Related News

Kredit Bank Tumbuh Tipis, Gubernur BI Ungkap Permintaan Belum Kuat

Enam Saham Terbang Usai Suspensi, 3 Ngegas ARA, 3 Lagi Loyo

Penyaluran Kredit Baru Tumbuh Positif, Simak Catatan BI

Lima Saham Lepas Suspensi, Satu Ngegas Empat Rontok ARB

Short Selling Ditunda! BEI Fokus Kaji Kenaikan Free Float

Dari Proposal Danantara, OJK Pastikan Kesiapan Penerbitan Patriot Bond