EmitenNews.com - "Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Berduka yang dalam atas wafatnya Menteri BUMN pertama, Pak Tanri Abeng. Sosok yang berjasa besar untuk negeri ini," ujar Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dalam laman Instagram resmi @erickthohir di Jakarta, Minggu (23/6/2024).

Menteri Erick Thohir membagikan kabar duka atas meninggalnya Tanri Abeng, dalam usia 82 tahun, Minggu. Ketua Umum PSSI itu menyebutkan Tanri Abeng sebagai sosok yang berjasa besar untuk pembangunan Indonesia.

Untuk itu, Erick Thohir menyampaikan ucapan duka dan berharap mendiang Tanri Abeng mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT, dan keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran. "Semoga almarhum mendapatkan tempat yang lapang di sisi Allah SWT, dan segenap keluarga serta kerabat yang ditinggalkan diberi kesabaran."

Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu mengatakan bahwa Tanri Abeng telah meninggal dunia pada Minggu dini hari pukul 02.36 WIB. "Meninggal dunia tadi malam sekitar pukul dua, di Rumah Sakit Medistra."

Catatan yang ada menunjukkan, Presiden ke-2 RI Soeharto menunjuk Tanri Abeng sebagai Menteri Negara Pendayagunaan BUMN pada 1998. Saat Pak Harto lengser pada  Mei 1998, pria kelahiran Pulau Selayar, Sulawesi Selatan, 7 Maret 1942, masuk kabinet yang dipimpin oleh Presiden B. Habibie. Ia tetap dipercaya memimpin departemen (kini kementerian) BUMN.

Publik kemudian lebih mengenal Tanri Abeng sebagai pakar manajemen, atau CEO berpengalaman. Masa kecilnya dilalui dengan menjadi yatim piatu dalam usia 10 tahun. Ia dikirim untuk tinggal dengan kerabat di Makassar, ibu kota Sulawesi Selatan. 

Setelah menyelesaikan pendidikan SLA di Makassar, ia ke Amerika Serikat dalam program American Field Service (AFS) Exchange program. Saat kembali, Tanri Abeng berkuliah di Universitas Hasanuddin, Makassar, sampai tingkat 5, pendidikannya dilanjutkan ke Graduate School of Business Administration, University at Buffalo, New York, Amerika Serikat hingga mendapatkan gelar MBA. 

Setelah mengikuti program management training Union Carbide Amerika Serikat, Tanri Abeng ditempatkan di Jakarta sebagai Manager Keuangan pada 1969-1979, kemudian dipercaya menjadi Direktur PT Union-Carbide Indonesia. Ia juga jadi Direktur Agrocarb Indonesia, Direktur Karmi Arafura Fisheries (1971-1976). Tahun 1977-1979, ia merangkap sebagai manager pemasaran Union Carbide Singapura.

Kepiawaiannya sebagai CEO makin menemukan tempatnya, saat Tanri Abeng pindah ke perusahaan produsen bir Belanda, Heineken, PT Perusahaan Bir Indonesia (Indonesian Beer Company). Uniknya, meski pun tidak bisa berbahasa Belanda dan tidak minum bir, ia menjadi CEO perusahaan itu setelah wawancara selama 15 menit. 

Untuk kepentingan brand yang lebih baik, Tanri Abeng mengubah nama PT Perusahaan Bir Indonesia ke Multi Bintang Indonesia. Pada tahun 1982 itu, perseroan mencatat laba Rp4 miliar, itu berarti naik dari hampir Rp500 juta dibandingkan ketika ia bergabung.

Manajer satu miliar

Nama Tanri Abeng melambung tahun 1991, saat dia pindah ke Bakrie & Brothers, perusahaan milik Aburizal Bakrie, usai mundur sebagai CEO Multi Bintang. Ia kemudian dikenal sebagai ‘Manajer Rp1 miliar’, merujuk nilai transfer besar yang kabarnya diterimanya ketika itu.

Menariknya, meski tercatat secara resmi sebagai CEO Bakrie & Brothers, tetapi Tanri Abeng merangkap sebagai ketua non-eksekutif Multi Bintang Indonesia, yang dipertahankannya hingga Maret 1998. 

Begitu dipercaya memimpin grup usaha Bakrie, yang memiliki lebih dari 60 anak perusahaan dengan beragam industri, Tanri Abeng melakukan restrukturisasi. Ia memfokuskan perusahaan pada tiga industri utama –telekomunikasi, dukungan infrastruktur dan perkebunan –serta investasi dan aliansi strategis di bidang pertambangan, petrokimia dan konstruksi. 

Data yang ada kemudian menunjukkan, kinerja Bakrie & Brothers membaik di tangan Tanri Abeng. Saat bergabung dengan perusahaan, penjualan tahunan sekitar USD50 juta. Pada akhir tahun 1996 penjualan ditutup menjadi USD700 juta. 

Setelah lebih dari empat dekade, malang melintang di perusahaan multinasional dan pemerintahan, tahun 2011, Doktor dalam Ilmu Multidisiplin dari UGM ini, mendirikan Universitas Tanri Abeng, yang berlokasi di Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. 

Tanri Abeng sempat mengungkapkan, pendanaan untuk membangun kampus tersebut dari hasil menjual saham Hotel Aryaduta yang dimilikinya dari hasil bermitra dengan James Riady (pemilik Lippo Group) pada 1995 di Makassar.