EmitenNews.com - Tarif resiprokal Amerika Serikat 19 persen untuk Indonesia, dinilai dapat menjadi peluang dan tantangan. Tarif dagang itu, bisa menurunkan neraca perdagangan Indonesia terhadap Amerika Serikat yang sejak 2020 mengalami surplus. Malah, bukan hanya turun, neraca ini diakuinya bisa menjadi defisit.

Kepada pers, Jumat (18/7/2027), Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Sukamta menyoroti dampak setelah kesepakatan tarif Trump 19 persen terhadap produk Indonesia. Hal ini dapat menjadi peluang dan tantangan bagi Indonesia.

“Pemerintah pastinya sudah berhitung untung rugi untuk Indonesia, sebelum adanya kesepakatan dengan Trump,” ujar Sukamta.

Selain neraca perdagangan, kesepakatan ini juga berpotensi membanjirnya produk luar negeri di Indonesia. Produk Amerika yang masuk tanpa tarif membuat harganya bisa lebih ekonomis dan menciptakan standar harga baru bagi produk luar lainnya.

Di satu sisi menguntungkan konsumen dengan harga produk yang lebih ekonomis di tengah lesunya daya beli. Tetapi di sisi lain, hal itu mengancam produk lokal yang harus bersaing dengan produk-produk luar.

“Yang berpotensi terancam adalah produk-produk lokal. Bagaimana produk-produk lokal bisa bersaing dengan produk-produk luar tersebut?” kata Sukamta.

Meskipun kesepakatan tarif Trump 19 persen ini terlihat merugikan Indonesia, Sukamta menilai posisi Indonesia semakin diperhitungkan oleh Amerika secara geoekonomi.

“Indonesia naik kelas dalam geliat ekonomi global. PDB per kapita Indonesia menunjukkan trend positif satu dekade terakhir. Meski Indonesia belum bisa dikategorikan dalam negara maju, tapi kita optimistis dengan trend positif, kita on the track ke arah sana,” jelasnya.

Dengan kecenderungan itu, Sukamta berharap dengan posisi seperti itu bisa meningkatkan daya tawar Indonesia dalam percaturan global. Tidak hanya soal ekonomi dan perdagangan, tapi juga politik global.

Sebelumnya, seperti ditulis Reuters, Selasa (15/7/2025) waktu setempat, Presiden Amerika Donald Trump resmi mengumumkan penurunan tarif impor bagi barang dari Indonesia menjadi 19 persen. Tarif resiprokal itu, lebih rendah dari sebelumnya yang dipatok 32 persen. 

Presiden Trump menyampaikan keputusan itu, sebagai bagian dari kesepakatan dagang bilateral. "Mereka akan membayar 19 persen dan kami tidak akan membayar apapun. Kami akan memiliki akses penuh ke Indonesia, dan memiliki beberapa kesepakatan yang akan diumumkan."

Menanggapi putusan Trump itu, nampaknya Presiden Prabowo Subianto belum sepenuhnya puas dengan tarif impor 19 persen itu. Menurutnya, pemerintah dan dirinya baru akan merasa puas ketika Presiden AS Donald Trump memberikan tarif resiprokal sebesar nol persen.

"Kalau puas, ya 0 persen," kata Prabowo Subiantokepada wartawan di Landasan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (16/7/2025).a

Untuk itu, Prabowo bertekad terus bernegosiasi dengan AS, atau langsung Trump. Presiden ingin menghindari defisit perdagangan negara, sebab AS bebas berdagang di Indonesia. ***