Sementara itu dalam situs indonesia.go.id, Selasa (23/3/2021), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan peran penting utang dalam menjaga keseimbangan APBN. Anggaran negara memang sering kali dibuat defisit agar ekonomi tumbuh lebih tinggi. Namun, kata eks Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, negara tak sembarangan dalam mengajukan utang. Selama tujuannya positif dan rasionya tak melebihi PDB, utang dianggap masih terkendali.

 

Berdasarkan data Bank Indonesia, posisi utang luar negeri Indonesia pada akhir Januari 2021 sebesar USD420,7 miliar, terdiri atas ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) USD213,6 miliar dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN) USD207,1 miliar. Dengan begitu ULN Indonesia pada akhir Januari 2021 tumbuh 2,6 persen (yoy), menurun dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya 3,4 persen (yoy). 

 

Perlambatan pertumbuhan ULN tersebut terjadi pada ULN Pemerintah dan ULN swasta. Kata Sri Mulyani, hampir tak ada negara di dunia yang tidak mengandalkan utang. Tak terkecuali negara-negara maju. Ia mengatakan negara-negara maju juga menutup defisit anggarannya dengan utang, baik utang domestik maupun dari luar negeri. Ia mencontohkan, Korea Selatan, juga berutang.

 

Selain Korea Selatan, negara maju seperti Uni Eropa atau Uni Emirat Arab juga memiliki utang luar negeri yang tinggi. Sri Mulyani menunjuk masifnya pembangunan gedung pencakar langit, khususnya di jantung Uni Emirat Arab atau Dubai. "Kalau lihat Uni Emirat, kalau ke Dubai kayaknya negaranya luar biasa, kotanya semua gedung pencakar langit. Kemudian Eropa, Prancis, Inggris, Spanyol, Italia. Kira-kira negara itu punya utang nggak? Pasti punya utang." ***