Menariknya, beban pokok pendapatan dan beban langsung lainnya dipangkas 4,9 persen menjadi USD173,2 juta. Sehingga laba kotor terkerek 13,9 persen menjadi USD212,86 juta.

 

Kian ringan, pendapatan lain-lain tercatat sebesar USD7,322 juta, sedangkan di tahun 2021 mengalami rugi sebesar USD38,506 juta.

 

Alhasil, laba usaha naik 45,1 persen menjadi USD209,58 juta.

 

Data tersebut tersaji dalam laporan keuangan tahun 2022 telah audit emiten panas bumi anak usaha PT Pertamina itu yang diunggah pada laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (30/3/2023).

 

Sementara itu, total kewajiban bertambah 4,3 persen menjadi USD1,219 miliar.

 

Pada sisi lain, jumlah ekuitas tumbuh 2,1 persen menjadi USD1,225 miliar.