Setiap individu tentu ingin bisa mengatur dan mengolah keuangannya dengan baik. Berbagai pelatihan, buku-buku dan webinar tentang keuangan juga selalu menjadi pilihan agar seseorang bisa memiliki keuangan yang sehat dan mengatur keuangannya dengan benar.

Namun bukan berarti kesalahan-kesalahan keuangan itu tidak terjadi. Seseorang yang memiliki gaji besar sekalipun, belum tentu bebas dari kesalahan keuangan, hanya karena ia sudah berinvestasi.

Kesalahan-kesalahan keuangan ini adalah penyebab utama mengapa gaji setiap bulan selalu habis, tanpa bisa berinvestasi, atau justru sudah berinvestasi tapi ternyata hasilnya tidak cukup.


Apa sajakah penyebab kesalahan keuangan yang sering dilakukan sesoang tanpa disadari? Berikut adalah 7 kesalahan keuangan, sehingga seseorang merasa gajinya setiap bulan selalu hilang tanpa bekas, atau uang yang dimiliki tidak cukup.


  1. Tidak memiliki dana darurat

Seringkali seseorang tidak memiliki dana darurat karena tidak menyadari kepentingannya untuk apa. Dana darurat adalah dana yang bisa dipakai, untuk kondisi keuangan mendadak, yang diluar atau tanpa mengganggu kebutuhan bulanan. Dana darurat bisa juga dipergunakan untuk mengganti penghasilan yang hilang, akibat terputusnya hubungan kerja, atau hilangnya pendapatan karena sakit, dan hal lain.

Sebagai contoh kondisi pandemi tahun 2020 lalu membuat banyak orang mengalami pemutusan hubungan kerja, atau pemotongan gaji, sementara tagihan dan pengeluaran tetap terus berjalan. Dana darurat bisa dipergunakan untuk hal-hal seperti ini. Atau semisal ada keluarga tertimpa kemalangan yang membutuhkan bantuan dana, genteng bocor atau hal lain yang tidak dicover oleh asuransi, boleh mempergunakan dana darurat sebagai dana cadangan.


  1. Tidak mencatat pengeluaran

Mencatat pengeluaran seringkali dianggap sebagai beban dan membosankan. Padahal dengan mencatat semua pengeluaran, kemungkinan terjadinya bocor halus bisa ditelusuri, dan Anda akan bisa memonitor dan mengevaluasi sendiri pengeluaran Anda, yang mana yang masih membutuhkan perbaikan.

Seringkali kita mengabaikan pengeluran ‘receh’ seperti gorengan, teman menitip sesuatu di mini market, uang parkir, dll., hanya karena nominal yang kecil. Mungkin hanya Rp. 2.000,- atau Rp. 5.000,-. Padahal, kalau dikalikan sekian kali uang yang Anda berikan tanpa dicatat, mungkin dalam sebulan jumlahnya melebihi angka Rp. 500.000,- Dan ini adalah awal dari kesalahan keuangan yang sering dilakukan tanpa sadar.


  1. Tidak memiliki pos-pos keuangan

Salah satu langkah awal keuangan yang sehat adalah dengan memiliki pos-pos keuangan. Pos-pos keuangan ini penting agar Anda belajar disiplin dalam menentukan budget keuangan pribadi. Dengan adanya pos-pos keuangan ini, Anda akan terbebas dari kemungkinan bocor halus, dan Anda akan tahu pos keuangan mana yang sebenarnya berlebihan, atau kurang.

Pos keuangan adalah cermin dari kebiasaan pengeluaran Anda. Apakah sehat atau tidak, akan terlihat di sini dan bisa dijadikan referensi awal, langkah keuangan apa yang akan Anda lakukan selanjutnya.


  1. Tidak memiliki tujuan keuangan yang spesifik

Investai sebaiknya dilakukan dengan tujuan keuangan yang spesifik. Misal memiliki rumah dengan nilai tertentu dan jangka waktu yang realistis, akan jauh lebih masuk akal daripada berinvestasi tanpa target, tanpa tujuan, dan tanpa nominal yang spesifik, hanya karena sayang saja uangnya kalau disimpan di tabungan atau deposito.

Kalau Anda hanya berinvestasi tanpa tujuan keuangan yang spesifik, bagaimana Anda akan tahu apakah instrumen investasi pilihan Anda sudah tepat, atau perlu dievaluasi kembali? Memang ada beberapa faktor yang mempengaruhi, seperti kondisi pandemi yang mulai melanda di tahun 2020 lalu, berimbas berat pada semua sektor ekonomi, yang mengakibatkan semua instumen investasi terkena dampaknya.

Namun bukan berarti tidak terukur.

Dengan memiliki tujuan keuangan yang spesifik, perkembangannya juga akan terukur. Jadi janganlah hanya sekedar berinvestasi, tanpa tahu tujuannya apa.


  1. Berinvestasi di produk keuangan yang salah

Tidak semua orang cocok untuk berinvestasi di reksadana, dan tidak semua orang cocok untuk berinvestasi di saham. Hal ini biasanya terjadi karena tidak memahami resiko yang mungkin ada dari setiap instrumen investasi, atau berinvestasi hanya dengan bermodal ikut-ikutan.

Tidak jarang sebagai akibatnya adalah tujuan keuangan yang tidak tercapai, atau tidak maksimal karena penempatannya yang salah. Pelajari dan pahamilah instrumen-instrumen investasi ini, agar tujuan keuangan Anda bisa terwujud.


  1. Tidak membuat catatan perkembangan investasi

Ada baiknya setiap akhir tahun kita menganalisa, bagaimanakah perkembangan investasi atau keuangan yang sudah kita lakukan. Apakah ada penambahan aset? Apakah ada penambahan utang? Apakah utang yang dimiliki berkurang? Bagaimana dengan piutang? Apakah pilihan aset investasi sesuai atau tidak dengan keinginan? Dan lain-lain.