EmitenNews.com -Saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) tengah menjadi sorotan setelah mendapatkan pendanaan investasi sebesar Rp978 miliar dari PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) untuk mendukung pengembangan jaringan broadband ke 40 juta rumah tangga di Indonesia. Langkah ini sejalan dengan upaya percepatan inklusi digital, terutama di wilayah urban, sub-urban, dan pedesaan di Pulau Jawa. Pendanaan ini tidak hanya memperkuat posisi WIFI di sektor infrastruktur digital, tetapi juga membuka peluang pertumbuhan bisnis yang lebih besar seiring dengan meningkatnya penetrasi internet di Indonesia yang saat ini masih tertinggal dibanding negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam.  

Pengamat Pasar Modal dan Founder Stocknow.id , Hendra Wardana mengungkapkan di sisi lain, saham WIFI mengalami volatilitas tinggi setelah sempat mencetak kenaikan signifikan, sebelum akhirnya terkoreksi 9,90% ke level Rp1.365 per saham pada 11 Februari 2025.  Fundamental WIFI sendiri menunjukkan pertumbuhan yang cukup impresif. Pada kuartal III-2024, pendapatan bersih perusahaan melonjak 46% menjadi Rp504 miliar, sementara laba bersihnya meroket 355% ke Rp158 miliar dari Rp34 miliar. Kinerja ini mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki prospek bisnis yang menjanjikan di tengah ekspansi infrastruktur digital yang terus berjalan. 

Selain itu, masuknya tokoh-tokoh besar ke dalam struktur kepemilikan WIFI menambah daya tarik emiten ini. Hashim Djojohadikusumo, adik Presiden Prabowo, melalui PT Arsari Sentra Data kini menggenggam 22,55% saham WIFI secara tidak langsung, sementara Arwin Rasyid, mantan Dirut Telkom dan CIMB Niaga, serta politikus senior Fadel Muhammad juga turut masuk dalam daftar pemegang saham perseroan.  

Secara teknikal, saham WIFI memiliki support psikologis yang kuat di level Rp1.300. Jika level ini bertahan, potensi penguatan kembali terbuka dengan target menguji all-time high (ATH) di level Rp1.835. Namun, investor perlu tetap waspada mengingat saham ini telah mengalami reli signifikan sebelumnya. Dengan fundamental yang solid, potensi ekspansi bisnis yang besar, serta dukungan dari investor strategis, WIFI tetap menjadi saham yang menarik untuk dipantau ke depannya, terutama jika aksi korporasi terkait Indosat benar-benar terwujud.

Adapun dalam riset BCA Sekuritas yang diterbitkan Senin 10 Februari 2025, secara gamblang menyebutkan bahwa, BCA Sekuritas Kami merekomendasikan BELI untuk saham Solusi Sinergi Digital atau Surge (WIFI) dengan target harga (TP) sebesar Rp2.500, yang menawarkan potensi kenaikan 48,8% – setara dengan 8,8x EV/EBITDA untuk akhir tahun 2025. Infrastruktur strategis WIFI yang membentang di sepanjang jaringan rel kereta api di Pulau Jawa, melewati area dengan kepadatan tinggi, serta model bisnis inovatifnya, menjadikan perusahaan ini sebagai pemain terobosan di industri broadband rumah.

Riset BCA Sekuritas itu mengulas potensi Surge (WIFI) yang menawarkan solusi untuk permasalahan yang belum terpecahkan di sisi pasokan (persaingan tidak sehat) dan permintaan penyediaan akses internet berkualitas tinggi dengan harga terjangkau.

Keunggulan Model Bisnis Surge

Surge menerapkan strategi Build-to-Suit (B2S), yang secara langsung melayani pelanggan akhir dengan membangun Home Connect (HC), bukan sekadar Homepass (HP). Mayoritas penyedia internet saat ini hanya menawarkan layanan mereka setelah HP selesai dibangun. Namun, persaingan yang ketat menyebabkan tingkat adopsi pelanggan (take-up rate) yang relatif rendah, dengan rata-rata hanya 22,5% untuk pemain besar.

Kemitraan dengan ISP Lokal

Surge menggandeng ISP lokal sebagai mitra bisnis, di mana mereka berperan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas akuisisi pelanggan dan layanan purna jual dengan imbalan bagi hasil 20%. Model ini memungkinkan Surge untuk mengonversi biaya tetap yang berhubungan dengan pelanggan (seperti gaji dan tunjangan karyawan) menjadi biaya variabel, yang bergantung pada jumlah pemasangan Home Connect baru.

Dengan model bisnis saat ini, Surge lebih fleksibel dalam ekspansi sehingga ISP lokal mendapatkan dorongan pertumbuhan Pelanggan mendapatkan layanan yang lebih responsif dari penyedia lokal. Surge juga bisa membantu mengurangi keberadaan ISP ilegal, sehingga menciptakan industri yang lebih sehat Ketika Pasokan Bertemu dengan Permintaan yang Tepat. Secara jelas Surge (WIFI) menawarkan layanan internet terjangkau (Rp100 ribu/bulan), berkualitas tinggi (hingga 100 Mbps), dan tanpa batas (unlimited) untuk rumah tangga yang berada dalam radius 1-5 km dari jalur rel kereta api. Proyek percontohan di 24 area (Agustus 2023 – April 2024) mencatat tingkat adopsi luar biasa 90%.

Mengapa tingkat adopsi penting?

Tingkat adopsi menjadi indikator utama untuk pertumbuhan pendapatan, keberlanjutan margin, dan periode balik modal. Disisi lain tingginya tingkat adopsi membuktikan efektivitas model bisnis dan potensi pertumbuhan jangka panjang perusahaan. “Kami memproyeksikan pertumbuhan pendapatan eksponensial untuk Surge pada 2025-26F, yang didorong oleh ekspansi agresif homepass. Dengan asumsi tingkat penyebaran 10% (2,5 juta homepass), kami memperkirakan Surge akan membukukan pendapatan sebesar Rp2,1 triliun dan EBITDA Rp1 triliun di 2025,” tulis Riset BCA Sekuritas.

Meskipun bisnis FTTH Surge masih dalam tahap awal, perusahaan ini berpotensi mencatat margin EBITDA yang kompetitif berkat kemampuannya meraih tingkat adopsi tinggi. Kami memperkirakan margin EBITDA 50% di 2025, yang bisa meningkat seiring dengan peningkatan skala permintaan.

“Kami merekomendasikan beli untuk WIFI, dengan target harga Rp2.500, yang mencerminkan EV/EBITDA 2025F sebesar 8,8x, berdasarkan rata-rata industri telekomunikasi (di luar EXCL dan ISAT) serta perusahaan menara telekomunikasi di Indonesia. Keunggulan Unik Surge (WIFI) saat ini adalah sebagai pemain baru, WIFI mampu mengidentifikasi masalah utama dalam industri ini dan menghadirkan solusi tepat untuk menciptakan ekosistem ISP yang lebih sehat. WIFI dapat mengamati kelemahan pemain lama dan menghadirkan inovasi untuk mengatasi permasalahan tersebut. WIFI memiliki pemahaman lebih dalam terhadap pasar target, yang memungkinkan perusahaan memberikan layanan terbaik sesuai kebutuhan pelanggan. Strategi ini menghasilkan tingkat adopsi luar biasa tinggi, mempercepat periode balik modal dan memperkuat pertumbuhan jangka panjang,” tulis Riset Itu.

Senada dengan sebelumnya, Ciptadana Sekuritas juga dalam risetnya 10 Februari 2025, yang ditulis oleh Yehezkiel Christian menyatakan, berdasarkan data dari Ookla, kecepatan internet fixed broadband median di Indonesia tercatat hanya 32,07 Mbps, menjadikannya salah satu yang terendah di Asia Tenggara. Selain itu, biaya langganan internet berkecepatan 100 Mbps di Indonesia relatif tinggi, dengan tarif mencapai Rp350.000 per bulan. Berbeda dengan itu, layanan yang ditawarkan oleh WIFI hanya mematok biaya sekitar Rp100.000 per bulan untuk kecepatan serupa, menjadikannya opsi yang lebih ekonomis bagi masyarakat.

Layanan internet dengan biaya terjangkau ini berpotensi memperluas akses di daerah yang selama ini kurang terlayani, memberikan konektivitas cepat dengan harga lebih terjangkau. Langkah ini juga sejalan dengan visi Presiden RI untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, memungkinkan anak-anak di wilayah pedesaan mengakses sumber belajar online gratis yang disediakan pemerintah.