BEI Sebut Investor Bisa Beli Saham Big Caps Modal Rp50 Ribu, Lewat Ini
Gambar gedung Bursa Efek Indonesia (BEI)
EmitenNews.com - Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik, mengumumkan bahwa melalui produk Single Stock Futures (SSF), investor kini dapat membeli saham perusahaan-perusahaan berkapitalisasi besar dengan modal di bawah Rp 50 ribu. Produk ini memberikan peluang bagi investor untuk berinvestasi di saham big caps dengan modal lebih terjangkau.
Jeffrey menjelaskan bahwa BEI menetapkan minimum margin awal atau modal untuk transaksi SSF sebesar 4 persen dari nilai transaksi saham. Sebagai contoh, jika harga saham per lembar Rp 10.000, maka untuk 1 lot saham (100 lembar), investor perlu menyediakan Rp 1 juta. Namun, untuk SSF saham tersebut, investor hanya perlu mengeluarkan modal sebesar 4 persen dari nilai transaksi, atau Rp 40 ribu.
BEI akan menerbitkan SSF dengan underlying saham-saham dari indeks LQ-45. Pada tahap awal, SSF akan diterbitkan dengan underlying saham-saham seperti BBCA, BBRI, MDKA, TLKM, dan ASII.
"Hal ini memberikan peluang menarik bagi investor atau trader karena dengan modal yang jauh lebih kecil, mereka bisa mendapat exposure terhadap saham-saham perusahaan terbesar dan paling likuid di Indonesia," ujar Jeffrey di Jakarta, Selasa (17/9).
Ia menambahkan bahwa perbedaan utama antara saham dan SSF terletak pada hak dan penggunaan instrumen keuangan. Saham memberikan investor hak kepemilikan dalam perusahaan, termasuk hak atas dividen dan suara dalam rapat umum pemegang saham. Sementara itu, SSF adalah kontrak yang memungkinkan investor untuk berspekulasi atau melakukan lindung nilai terhadap pergerakan harga saham tanpa harus memiliki saham tersebut secara langsung.
Jeffrey juga menjelaskan bahwa modal yang dibutuhkan untuk saham adalah pembayaran penuh sesuai harga pasar, dengan risiko utama penurunan nilai saham itu sendiri. Sementara SSF menggunakan leverage, sehingga membutuhkan modal lebih kecil, tetapi risikonya lebih besar karena potensi keuntungan dan kerugiannya setara dengan memiliki saham secara langsung.
"Secara umum, saham lebih cocok untuk investasi jangka panjang dengan fokus pada kepemilikan dan pendapatan pasif. SSF lebih sering digunakan oleh investor berpengalaman untuk trading jangka pendek atau strategi lindung nilai atas portofolio saham yang mereka miliki," ujar Jeffrey.
Untuk memulai investasi di SSF, investor dapat melihat kode yang tertera pada halaman Online Trading. Kode untuk SSF berbeda dari saham, dengan empat huruf saham underlying ditambah dua kode yang menunjukkan bulan dan tahun jatuh tempo kontrak.
Sebagai contoh, jika SSF memiliki underlying saham TLKM dengan jatuh tempo Oktober 2024, kode SSF tersebut akan menjadi TLKMV4, di mana "V" mewakili bulan Oktober dan "4" menunjukkan tahun 2024.
Related News
OJK Awasi Ketat Pinjol KoinP2P, Ini Alasannya
Pendapatan dan Laba JSPT Kompak Menguat per September 2024
IDX Gelar Ring the Bell for Climate & Closing Ceremony
IHSG Turun Tipis di Sesi I, ISAT, TLKM, ESSA Top Losers LQ45
Hasil Survei, BI Tangkap Sinyal Penghasilan Warga Bali Tumbuh Positif
BEI Pangkas Syarat NAB Pencatatan Reksa Dana Jadi Rp1M, Ini Tujuannya