Berburu Cuan di Saham Melalui Window Dressing
papan perdagangan di Bursa Efek Indonesia menunjukkan IHSG mengalami penguatan. Foto/Rizki EmitenNews
EmitenNews.com -Bagi investor istilah window dressing bukanlah sesuatu yang asing, seperti diketahui window dressing merupakan salah satu fenomena yang sering di bahas di dunia investasi, terutama menjelang tutup tahun. Istilah ini mengacu pada tindakan yang dilakukan oleh manajer investasi atau perusahaan untuk mempercantik laporan portofolio mereka sebelum disajikan kepada para investor atau pemegang saham. Umumnya dengan praktik ini seringkali memicu kenaikan harga saham unggulan di pasar modal, sehingga para investor ritel pun mencoba memanfaatkannya sebagai peluang untuk meraih keuntungan.
Ada beberapa alasan mengapa fenomena window dressing terjadi di akhir tahun, diantaranya adalah:
1. Meningkatkan citra portofolio
Seperti diungkapkan di atas, window dressing mengacu pada upaya manajer investasi dalam mempercantik laporan portofolio mereka. Mempercantik portofolio yang dimiliki, diharapkan akan mempertahankan kepercayaan dari investor lama dan akan menarik sejumlah investor baru.
2. Mengoptimalkan kinerja jangka pendek
Ketika kinerja dari portofolio tidak sesuai dengan yang diinginkan, manajer investasi biasanya mensiasatinya dengan menjual saham yang mengalami kerugian, kemudian menggantinya dengan saham yang berpotensi menghasilkan imbal hasil yang baik dalam jangka pendek, sehingga menunjukkan kinerja portofolio yang baik di akhir tahun.
3. Menghindari tanggung jawab
Keputusan menjual saham yang memiliki kinerja yang buruk dapat menolong manajer investasi dalam menghindari kritik atas kinerja portofolio yang sedang turun. Dengan menampilkan saham-saham yang berkinerja baik dalam laporan, mereka akan dapat menutupi risiko kerugian.
Tentu saja dengan alasan di atas, banyak pihak menilai, musim window dressing di penghujung tahun merupakan saat yang tepat untuk melakukan investasi. Bila kita tilik ke belakang, kinerja bulanan IHSG di setiap bulan Desember selalu positif. Mulai tahun 2002 sampai tahun 2021 IHSG selalu berada di zona hijau atau tidak pernah jatuh ke zona merah selama kurun waktu 20 tahun terakhir!
Pertanyaan berikut muncul, apa strategi yang bisa ditempuh oleh investor agar cuan dalam memanfaatkan fenomena window dressing di saham? Berikut rincian strateginya:
Pertama: Identifikasi saham yang berpotensi naik
Umumnya saham-saham yang jadi pilihan dari window dressing ini adalah saham-saham blue chip dan saham dengan kapitalisasi besar yang memiliki performa baik sepanjang tahun. Adapun ciri-ciri saham blue chip adalah perusahaan dengan kapatilasasi pasar besar, kinerja keuangan stabil dan konsisten, rutin bagi dividen, memiliki reputasi dan kredibilitas yang tinggi, posisi kuat di industrinya, tahan terhadap krisis, likuiditas tinggi, dan pertumbuhan yang stabil dan prospektif. Untuk lebih mudahnya, Anda dapat melihat saham blue chip di indeks LQ45.
Kedua: Hindari saham yang berkinerja buruk
Anda pasti paham mengapa hal ini harus dilakukan. Saat membeli saham saja, kita mesti menghindari saham yang berkinerja buruk, termasuk saat membeli saham di fenomena window dressing. Mengapa? Karena saham yang berkinerja buruk cenderung mengalami tekanan jual di akhir tahun.
Ketiga: Tingkatkan likuiditas portofolio
Selalu ingat bahwa, portofolio yang Anda miliki di akhir tahun itu likuid. Hal ini agar portofolio dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan harga saham. Hindari saham yang memiliki likuiditas yang rendah karena akan sulit untuk di jual.
Keempat: Perhatikan sentimen pasar
Related News
Jika Bursa Efek Indonesia Buka 24 Jam
Saham Energi Baru Terbarukan (EBT), Secerah Apa?
Melirik Saham-Saham Mantan LQ45
Dampak Kebijakan Pemutihan Utang Terhadap Saham Perbankan
Permintaan Emas Global Pecah Rekor USD100 Miliar: Investor Panik?
Praktis Investasi Properti dengan Dana Investasi Real Estate (DIRE)