Berisiko Dikorupsi, Program MBG Berpotensi Bocor Rp8,52 Triliun!
Dari hasil perhitungan CELIOS, potensi kerugian negara Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bisa mencapai Rp8,52 triliun dengan persentase risiko korupsi 12 persen.
EmitenNews.com - Hasil studi Center for Economic and Law Studies (CELIOS) menunjukkan adanya kekhawatiran masyarakat terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG).
“Dari hasil studi kami, kekhawatiran terbesar menyangkut penyaluran yang tidak efisien (46 persen) dan korupsi (37 persen). Kekhawatiran lainnya terkait kualitas makanan (14 persen) dan biaya implementasi (3 persen),” kata Peneliti CELIOS, Galau D. Muhammad dalam Diseminasi “Hasil Studi Perspekstif Masyarakat terhadap Program MBG” di Jakarta, Senin (27/1/2025).
Hal itu menunjukkan adanya kekhawatiran yang krusial di masyarakat terhadap program MBG. Apalagi saat ini belum ada pelaporan yang berbasis publik dan ruang pengaduan bagi masyarakat atas pelaksanaan program tersebut.
CELIOS juga melakukan pemetaan terhadap potensi korupsi program MBG, diantaranya potensi dari pengadaan dan distribusi makanan. Termasuk pemalsuan data penerima manfaat, pengelolaan dana dan anggaran serta penyimpangan dalam proses pengawasan dan evaluasi.
Galau juga mengatakan, penyaluran MBG yang terkesan tersentralistik seperti sekarang ini yang berpotensi menimbulkan kebocoran dan korupsi. Dari hasil perhitungan CELIOS, potensi kerugian negara bisa mencapai Rp8,52 triliun dengan persentase risiko korupsi 12 persen.
“Hal ini salah satunya disebabkan karena fokus distribusi MBG melalui vendor besar dan dapur umum. Sehingga efisiensi dan pengawasannya juga rendah,” ujarnya.
CELIOS pernah mengusulkan agar penyaluran MBG dilakukan desentralistik, dimana fokus distribusi dilakukan oleh UMKM lokal atau sekolah. Cara ini, persentase risiko korupsinya 2,5 persen dengan potensi kerugian akibat kebocoran dan korupsi sekitar Rp1,7 triliun.
Desentralistik program MBG, menurut CELIOS, efisiensi pengawasannya juga lebih tinggi. Hasil studi CELIOS juga menunjukkan masyarakat lebih memprioritaskan penyediaan makanan olahan sehat dan daging dibandingkan pemberian susu.
“Sebanyak 43 persen responden menilai makanan olahan sehat merupakan komoditas yang paling diperlukan dalam konteks kebutuhan gizi anak-anak. Ini menunjukkan ada kesadaran tinggi bukan hanya soal makanan bergizi, tapi juga terjamin kesehatannya,” ujar Galau menutup keterangannya.
Studi CELIOS mengenai “Perspektif Masyarakat terhadap Program MBG” melibatkan sebanyak 1.858 responden. Responden berasal dari berbagai daerah di pedesaan, pinggiran kota dan perkotaan, sehingga bisa mewakili seluruh lapisan masyarakat.(*)
Related News
Pengelola Transportasi Diminta Antisipasi Potensi Cuaca Ekstrem
PTBA Mulai Pilot Project Sulap Batu Bara Jadi Bahan Baku Baterai
Market Fluktuatif, Koleksi Saham ANTM, BSDE, dan CTRA
The Fed Tahan Suku Bunga, IHSG Orbit Zona Merah
Keren! BTN Syariah Pesaing Utama Perbankan Syariah Nasional
Imlek 2025, BRI Beri Bantuan Sembako Warga Tangerang dan Singkawang