EmitenNews.com - Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) inflasi indeks harga konsumen (IHK) April 2024 tercatat sebesar 0,25% (mtm), sehingga secara tahunan menjadi 3,00% (yoy). Bank Indonesia meyakini inflasi pada 2024 akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1%.


Data BPS menunjukkan inflasi inti tetap terjaga. Inflasi inti pada April 2024 tercatat sebesar 0,29% (mtm), lebih tinggi dari inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,23% (mtm) seiring dengan kenaikan permintaan musiman pada periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri, serta didorong oleh peningkatan harga komoditas global, khususnya komoditas emas.


Realisasi inflasi inti tersebut disumbang terutama oleh inflasi komoditas emas perhiasan, minyak goreng, dan gula pasir. Secara tahunan, inflasi inti April 2024 tercatat sebesar 1,82% (yoy), meningkat dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,77% (yoy).


Kelompok volatile food mencatatkan deflasi. Kelompok volatile food pada April 2024 mengalami deflasi sebesar 0,31% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 2,16% (mtm). Deflasi kelompok volatile food tersebut disumbang terutama oleh komoditas cabai merah, beras, telur ayam ras, dan cabai rawit.


Penurunan harga komoditas pangan terutama dipengaruhi oleh berlangsungnya musim panen, khususnya komoditas aneka cabai dan beras. Deflasi lebih lanjut tertahan oleh inflasi komoditas bawang merah, tomat, dan bawang putih.


Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 9,63% (yoy), menurun dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 10,33% (yoy). Ke depan, inflasi volatile food diprakirakan kembali menurun seiring dengan berlanjutnya musim panen, serta didukung oleh sinergi pengendalian inflasi TPIP dan TPID melalui GNPIP di berbagai daerah, sehingga mendukung upaya stabilisasi harga pangan.


Inflasi kelompok administered prices meningkat. Kelompok administered prices pada April 2024 mengalami inflasi sebesar 0,62% (mtm), meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,08% (mtm). Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh inflasi tarif angkutan udara, angkutan antarkota, dan sigaret kretek mesin (SKM), seiring dengan peningkatan mobilitas saat libur Idulfitri, dan berlanjutnya transmisi kenaikan cukai hasil tembakau.

Secara tahunan, inflasi kelompok administered prices menjadi sebesar 1,54% (yoy), meningkat dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,39% (yoy).(*)