Diketahui pada 4 Desember 2024, MTEL mengakuisisi 100% saham UMT, anak usaha PT PP Infrastruktur senilai Rp650 miliar. UMT memiliki aset fiber optik sepanjang 8.101 km dengan billable length 12.524 km.

“Pertumbuhan Mitratel juga akan didorong proyek-proyek yang dibangun khusus oleh Telkomsel dan konsolidasi lokasi yang agresif oleh Indosat, sementara aksi merger dan akuisisi MTEL akan menargetkan aset-aset fiber dibanding menara,” tulis Daniel, dalam riset belum lama ini.

Salah satu sentimen positif bagi MTEL adalah rencana pengembangan Flying Tower System (FTS). Analis memprediksi BTS alternatif yang akan “terbang” di sekitaran atmosphere ini akan meluncur pada 2026 - 2027. “FTS menawarkan jangkauan luas sekitar 200 km dengan biaya capex dan operasional jauh lebih rendah dari Starlink,” kata Daniel.

Tahun ini, Daniel menilai sektor menara telko tetap tangguh meskipun ada tantangan dari para operator telko dalam mengakuisisi pelanggan dan potensi perang harga yang membatasi pertumbuhan ARPU (Average Revenue Per User).

“Perluasan bisnis fiber diharapkan dapat mendorong pertumbuhan industri, sejalan dengan strategi broadband dari operator telko. Aksi korporasi yang sedang berlangsung dan perkembangan merger akuisisi tetap akan dipantau secara ketat,”kata Daniel.