EmitenNews.com - Pemerintah diminta menjaga kestabilan harga. Khususnya, pada sektor pangan. Menurut Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), kestabilan harga pangan perlu dijaga, guna mencegah potensi kenaikan inflasi pada April 2022. Apindo menyarankan tiga hal agar tidak terjadi kegaduhan di tengah-tengah masyarakat akibat naiknya harga sejumlah komoditas.


"Ada beberapa hal yang kami sarankan untuk menjaga kestabilan inflasi sektor pangan. Pertama, kita harus mengupayakan keseimbangan terhadap volume penawaran dan permintaan pangan nasional," kata Ketua Apindo Haryadi Sukamdani dalam diskusi daring yang diselenggarakan InfoBank, Kamis (7/4/2022).


Upaya mengimpor bahan pangan di tengah kenaikan harga sejumlah komoditas, harus segera dicarikan substitusi yang bisa disediakan dari dalam negeri. Selain itu juga perlu mengupayakan komunikasi yang baik agar tidak terjadi kegaduhan di lapangan, akibat pasokan bahan pangan kurang. Kelancaran dan keterjangkauan biaya logistik pangan dapat menjadi penentu wajar atau tidaknya kenaikan harga pangan nasional di daerah.


"Berikutnya, kedua, memastikan kelancaran dan distribusi supply pangan khususnya di daerah yang krisis dari sisi jumlah penduduk," ujar Haryadi Sukamdani.


Selanjutnya saran ketiga, pemerintah harus memastikan tidak adanya manipulasi harga pasar dari oknum-oknum di sepanjang jalur distribusi pangan.


Jika ketiga hal tersebut bisa dilakukan secara berkala dengan disiplin oleh pemerintah, Apindo cukup yakin inflasi pangan nasional bisa dicegah dan dikendalikan dengan baik tanpa membebani masyarakat, apalagi sampai mendorong masyarakat dengan daya beli rendah ke arah kemiskinan.


"Terkait PPN kami sebetulnya pada posisi yang mendukung, hanya memang pemerintah perlu melihat kembali apakah akan terus dilakukan atau bisa ditangguhkan dalam sementara waktu," tuturnya.


Haryadi juga menyoroti dampak dari konflik Ukraina dan Rusia. Meskipun volume perdagangan Indonesia dengan Ukraina dan Rusia tidak terlalu besar, menurutnya, komoditas perdagangan utama minyak mentah dan gandum masih merupakan komoditis penting yang dibutuhkan industri dan perekonomian Indonesia.


"Pengaruhnya terhadap dunia besar, jadi mau tidak mau ini akan jangka panjang. Bagaimana kita mengatasi secara umum dampak dari perpanjangan ini, substitusi impor menjadi keharusan," ucap Haryadi Sukamdani. ***