EmitenNews.com - Mayoritas indeks saham di Asia sore ini Rabu (13/10) di tutup variatif (mixed) karena investor memikirkan bagaimana kelanjutan dari pemulihan ekonomi global pada saat ancaman virus Covid-19 masih nyata di depan mata. Ditambah lagi lonjakan inflasi berpotensi memberi tekanan pada belanja konsumen serta kondisi keuangan korporasi.


Tingkat inflasi yang lebih tinggi dari target dalam kurun waktu yang lebih lama akan mendorong bank sentral, terutama bank sentral AS (Federal Reserve) untuk segera menaikkan suku bunga acuan setelah menyelesaikan pengurangan (tapering) program pembelian obligasi.


Sejumlah analis memprediksi kenaikan suku bunga pertama di AS dapat terjadi pada pertengahan tahun 2022, jauh lebih awal dari prediksi sebelumnya, yaitu awal tahun 2023.


Investor menantikan rilis data inflasi (CPI dan PPI) Tiongkok besok dan rilis data inflasi (CPI) AS malam ini yang akan di ikuti oleh rilis data Producer Price Index (PPI) AS besok.


"Investor juga akan memberikan reaksi atas musim laporan keuangan (earnings season) 3Q21 yang akan memberi gambaran lebih jelas mengenai kinerja korporasi di tengah lonjakan kasus penularan Covid-19, gangguan pada rantai pasok serta laju inflasi yang lebih tinggi," ulas analis Phillip Sekuritas, Dustin Dana Pramitha. Petunjuk (guidance) kinerja korporasi hingga akhir tahun menurutnya juga akan menarik perhatian investor.


Dari Asia, investor mencerna rilis data Neraca Perdagangan bulan September Tiongkok. Ekspor tumbuh 28.1% (Y/Y) menjadi USD305.7 miliar, mengalahkan ekspektasi pertumbuhan 21%. Impor tumbuh 17.6% (Y/Y), lebih rendah dari estimasi yang sebesar 20%. Impor batubara Tiongkok membengkak 76% (Y/Y) sementara impor gas alam meningkat 21.8% (Y/Y).


"Di pasar komoditas, harga minyak mentah melemah dipicu kekhawatiran bahwa pertumbuhan permintaan minyak akan turun karena eknomi negara maju mengalami tekanan inflasi dan gangguan rantai pasok," kata Dustin. Penurunan harga minyak mentah dibatasi oleh lonjakan harga komoditas yang di gunakan untuk menghasilkan listrik, contohnya batubara dan gas alam.


Statistik
IHSG: 6,536.90 | +50.64 poin |(+0.78%)
Volume (Shares) : 28.8 Billion
Total Value (IDR) : 17.8 Trillion
Market Cap (IDR) : 8,043.7 Trillion
Foreign Net BUY (RG): IDR 1.2 Trillion
Saham naik : 193
Saham turun : 310


Sektor Pendorong Indeks:
Perindustrian : +25.04 poin
Konsumen Primer : +12.45 poin
Keuangan : +11.02 poin


Top Gainers:
DCII : 46,925| +1,925| +4.28%
GGRM : 34,525| +1,250| +3.76%
INTP : 10,925| +625| +6.07%
ASII : 6,275| +400| +6.81%
SMGR : 8,300| +375| +4.73%


Top Losers:
BYAN : 28,300| -700| -2.41%
ARTO : 12,250| -450| -3.54%
IBST : 7,000| -375| -5.08%
PTSP : 4,600| -300| -6.12%
JECC : 5,925| -225| -3.66%.(fj)