EmitenNews.com - Dua perusahaan asal Prancis, HDF Energy dan Eramet, tertarik berinvestasi di bidang energi terbarukan di Indonesia. Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia, pun meminta keduanya tidak hanya menggandeng badan usaha milik negara (BUMN).


"Saya minta jangan hanya bekerja sama dengan BUMN, tetapi harus dengan pengusaha lokal selain BUMN karena kita ingin ada pemerataan. Tapi, pengusahanya yang profesional, yang bisa bekerja sama dan memiliki kualitas," ucapnya di sela-sela Indonesia Investment Forum (IIF) 2022 di London, Inggris.


Selain itu, Bahlil mendorong Eramet segera merealisasikan proyek Sonic Bay di Pantai Weda, Maluku Utara, senilai USD2,2-2,5 miliar. Pekerjaan ini melibatkan BASF, perusahaan kimia asal Jerman.


"Saya hanya minta satu hal saja, keterlibatan pengusaha lokal harus diperhatikan. Kontraktor tambangnya harus beri porsi pengusaha lokal agar ada pemerataan. Jadi, saya harap, ini jadi fokus yang dibicarakan oleh Eramet dengan BASF," tuturnya dalam keterangannya.


Pada kesempatan sama, Senior VP Corporate Affairs & Partnership Eramet, Pierre-Alain Gautier, mengatakan, pihaknya siap meningkatkan keterlibatan pengusaha daerah dalam menjalankan usahanya. Namun, meminta Kementerian Investasi mempercepat pengurusan izin konservasi lahan.


"Kami juga mengusulkan dilakukannya kerja sama dalam kerangka G20 antara Indonesia, Prancis, Jerman, dan Uni Eropa dalam mendukung kemitraan global untuk mewujudkan integrasi sumber daya mineral strategis yang berkelanjutan. Mungkin proyek kami dengan BASF dapat dijadikan contoh konkret dalam kemitraan global sumber daya mineral," paparnya.


Eramet merupakan perusahaan pertambangan sumber daya mineral dan pengolah mineral. Lini bisnis Eramet meliputi pertambangan mineral nikel, mangan, dan lithium, serta riset dan pengembangan logam campuran.


Kementerian Investasi mengklaim, telah memfasilitasi permasalahan lahan proyek Sonic Bay di Kawasan Industri IWIP terkait persetujuan pelepasan kawasan hutan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).


Sementara itu, HDF Energy sedang menjalankan rencana 20 proyek senilai USD1,5 miliar. Dalam pelaksanaannya, produsen listrik independen ini berencana menggandeng pengusaha daerah.


Deputy CEO of HDF Energy, Jean-Noel de Charentenay, menerangkan, perusahaannya menggunakan hidrogen dan didukung teknologi baterai untuk menyimpan kelebihan suplai energi hijau dari angin dan matahari.


"Kenapa kami tertarik untuk berinvestasi di Indonesia? Karena kami rasa, kami memiliki solusi yang tepat terkait dengan karakteristik tantangan yang dihadapi Indonesia, yaitu jumlah populasi yang sangat besar, kami dapat menjamin stabilitas suplai listrik. Jadi, kami merasa memiliki kontribusi di Indonesia," tuturnya.


HDF Energy sedang mengupayakan pengembangan proyek renewstable energy pertama di Indonesia dengan target kawasan timur. Proyek tersebut direncanakan akan dikembangkan secara bertahap dimulai dari Sumba, NTT, lalu diperluas ke daerah lain.(*)