EmitenNews.com - Perkembangan harga jagung di tingkat peternak mulai teredam. Menukil data Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) rerata harga jagung di tingkat peternak pada 2 Oktober menurun 0,64 persen menjadi Rp 6.644 per kg dibandingkan seminggu sebelumnya yang berada di Rp 6.687 per kg.

Kendati demikian Kepala NFA Arief Prasetyo Adi memastikan intervensi pemerintah terhadap harga jagung pakan perlu terus diintensifkan. Hal ini karena Harga Acuan Penjualan (HAP) jagung kadar air 15 persen di tingkat peternak berada di Rp 5.800 per kg. Kondisi harga hari ini masih berada di atas HAP itu.

Rilis Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru juga melaporkan bahwa telur ayam ras dan ayam ras pedaging menjadi penyebab kenaikan indeks harga diterima petani yang terbesar pada subsektor peternakan. Indeks harga diterima peternak unggas di September 2025 pun meraih indeks tertinggi di level 126,02. Ini pun menjadi yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir.

"Pemerintah menyadari fluktuasi harga jagung pakan harus cepat diredam. Ini agar tidak berimplikasi pada harga telur dan daging ayam juga. Dengan SPHP jagung 52,4 ribu ton ke 2.109 peternak ini menjadi instrumen stabilisasi pemerintah. Semoga Oktober ini dapat tuntas dan memberikan dampak positif sebagai faktor peredam harga," kata Arief.

Dalam pantauan NFA, penyaluran perdana SPHP jagung telah tiba di beberapa daerah sentra peternakan unggas, seperti Kabupaten Kendal di Jawa Tengah dan beberapa daerah di Jawa Timur, seperti Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Trenggalek. Per 2 Oktober, hampir 300 ton jagung telah diterima koperasi dan asosiasi peternak di sana.

Sementara itu awal Oktober ini pemerintah mulai menggulirkan stok Cadangan Jagung Pemerintah (CJP) kepada peternak layer mandiri. Melalui penugasan NFA kepada Perum Bulog, program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) jagung pun mulai disalurkan dengan target 52,4 ribu ton ke 2.109 peternak di 16 provinsi.

Adapun harga yang diberlakukan dalam SPHP jagung ini adalah Rp 5.000 per kilogram (kg) untuk pengambilan di gudang Bulog dan maksimal Rp 5.500 per kg sampai di tingkat peternak. Untuk selisih harga yang dialami Bulog akan ditanggung pemerintah melalui anggaran yang terlah tersedia di NFA sejumlah Rp 78,6 miliar dengan asumsi subsidi harganya Rp 1.500 per kg.

"Sekali lagi, ini bukti hadirnya pemerintah bagi produsen pangan pokok strategis dalam negeri. Saat harga jagung pakan bagi peternak sedang berfluktuasi, pemerintah menyalurkan stok CJP yang bersumber dari jagung produksi dalam negeri yang diserap sejak awal tahun ini," tutur Kepala NFA Arief Prasetyo Adi di Jakarta pada Jumat (3/10/2025).(*)