EmitenNews.com -BUMN tambang PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam membukukan pelemahan pendapatan pada kuartal II-2023 seiring penurunan tajam profitabilitas feronikel (FeNi) akibat kombinasi biaya yang lebih tinggi dan koreksi harga jual rata-rata (average selling price /ASP).

 

Sedangkan bijih nikel memiliki margin yang tinggi, sehingga tetap menjadi tumpuan, meskipun ASP lebih rendah. "Target volume produksi dan penjualan bijih nikel Antam tahun ini tetap utuh, meski menghadapi kendala seperti adanya investigasi di salah satu perusahaannya dan impor bijih nikel dari Filipina," tulis analis Mandiri Sekuritas, Ariyanto Kurniawan dan Wesley Louis Alianto dalam risetnya.

 

Antam tetap mempertahankan panduan volume penjualan bijih nikel sebanyak 9 juta ton pada tahun ini, sejalan dengan RKAB yang telah ditetapkan pada awal tahun ini. Adapun volume penjualan bijih nikel pada semester I-2023 sudah mencapai 6 juta ton.

 

Sementara itu, feronikel hampir tidak menghasilkan keuntungan. Emiten berkode saham ANTM tersebut mengindikasikan bahwa cash cost feronikel naik menjadi US$ 15-16 ribu/ton pada semester I-2023 dari US$ 14-15 ribu/ton pada kuartal I-2023. Ini menunjukkan biaya yang lebih tinggi pada kuartal II-2023.

 

" Cash cost yang lebih tinggi ini merupakan suatu kejutan, mengingat tren cash cost yang lebih rendah di industrinya pada kuartal II-2023 karena biaya bahan bakar turun (diesel dan batubara)," sebut Ariyanto dan Wesley.

 

Sementara itu, mengenai proyek nikel bersama Ningbo Contemporary Brunp Lygend (CBL) - anak usaha Contemporary Amperex Technology Co Ltd ( CATL ) - diperkirakan maju lebih cepat. ANTM telah menyelesaikan perjanjian definitif dan sedang berdiskusi tentang model bisnis baterai kendaraan listrik ( electric vehicle /JV).

 

Proyek ANTM dengan CATL ini akan berada di Halmahera, yang terdiri atas 8 lines  RKEF dengan kapasitas 100 ribu tpa dan 50 ribu tpa HPAL . Pembangunan RKEF diperkirakan memakan waktu dua tahun dan untuk HPAL akan menghabiskan waktu tiga tahun. Adapun kepemilikan ANTM atas megaproyek tersebut masih dalam pembahasan.

 

Perkembangan proyek nikel dengan CATL tersebut bisa menjadi katalis positif jangka pendek bagi ANTM. Sebab itu, Mandiri Sekuritas rekomendasikan beli saham ANTM dengan target harga Rp 3.200.

 

Pada perdagangan Jumat (8/9/2023), saham ANTM ditutup pada harga Rp 1.945. Turun 0,51 persen atau 10 poin dari harga pembukaan di 1955 per saham.