EmitenNews.Com - Indonesia melewati 500 ribu kasus covid-19 bersamaan dengan resesi pertama sejak krisis ekonomi Asia tahun 1997. Perekonomian Indonesia mengalami kontraksi sebesar 5,3% di kuartal kedua dan 3,5% di kuartal ketiga tahun 2020. Akumulasi indeks harga saham gabungan (IHSG) turun 5,09% sepanjang tahun. Dampaknya, seluruh masyarakat terkendala masalah ekonomi termasuk mayoritas 50 orang terkaya alami penurunan kekayaan.  


Majalah Forbes merilis orang terkaya di Indonesia pada Desember 2020. Urutan pertama masih dipegang oleh R. Budi dan Michael Hartono, yang memiliki kekayaan 38,8 miliar US Dollar. Keluarga Widjaja dari konglomerat Sinar Mas mempertahankan posisi kedua dengan menambahkan 2,3 miliar USD pendapatannya menjadi 11,9 miliar USD. Meskipun pasar petrokimia lemah berdampak pada kekayaan Prajogo Pangestu yang turun 21% menjadi 6 miliar USD, ia tetap berada di peringkat ketiga.


1.Robert Budi Hartono & Michael Hartono - 38,8 miliar USD

Akar kekayaan keluarga Hartono berasal dari pembuat rokok kretek Djarum, diawali oleh ayah mereka dan sekarang dijalankan oleh putra Budi, Victor. Kepemilikan keluarga termasuk Bank Central Asia (BCA), merek elektronik populer Polytron dan real estate utama di Jakarta.


Kekayaan terbesar Hartono bersaudara didapatnya dari investasi di BCA. Keluarga Hartono membeli saham BCA setelah keluarga Salim kehilangan kendali atas bank tersebut selama krisis ekonomi Asia 1997-1998.


2.Keluarga Widjaja – 11,9 miliar USD

Keluarga Widjaja mewarisi kerajaan bisnis Eka Tjipta Widjaja yang meninggal pada Januari 2019 di usia 98 tahun. Eka Widjaja adalah seorang imigran Tionghoa yang memutuskan ke Indonesia untuk melanjutkan hidup dengan mulai berjualan biskuit saat remaja.


Saat ini Sinar Mas mereka bergerak di bidang kertas, real estate, jasa keuangan, agribisnis dan telekomunikasi. Empat putra tertua Widjaja mengawasi kerajaan yang dibangunnya, sementara yang lain membangun bisnis sendiri.


3.Prajogo Pangestu - 6 miliar USD

Putra seorang pedagang karet, Prajogo Pangestu memulai bisnisnya di bidang perkayuan pada akhir tahun 1970-an. Pada 2007, Barito Pacific mengakuisisi 70% perusahaan petrokimia Chandra Asri, yang juga diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.


Pada tahun 2011, Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia. Saham Barito Pacific terpukul pada tahun 2020 karena permintaan global yang lemah untuk petrokimia, yang memengaruhi harga.


4.Anthoni Salim - 5,4 miliar USD

Anthoni Salim mengepalai grup Salim, dengan beragam investasi di perbankan, makanan, dan telekomunikasi. Salim adalah CEO Indofood senilai USD5,4 miliar (penjualan 2019), salah satu pembuat mie instan terbesar di dunia.


Keluarga Salim memiliki saham di firma investasi First Pacific yang terdaftar di Hong Kong, yang memiliki aset 21,9 miliar USD di enam negara.


Saudara Anthoni, Andree Halim adalah wakil ketua QAF pembuat roti Singapura. Sementara saudara perempuannya, Mira mendirikan perusahaan yang mendistribusikan produk Indofood di China.


5.Sri Prakash Lohia - 5,6 miliar USD

Sri Prakash Lohia menghasilkan banyak kekayaan dengan memproduksi PET dan petrokimia lainnya. Pada 1970-an, ia dan ayahnya pindah dari India ke Indonesia, di mana mereka mendirikan Indorama Corporation sebagai pembuat benang pintal.