EmitenNews.com - Badan Pangan Nasional (Bapanas) menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah dan beras guna menjadi basis Perum Bulog dalam menyerap produksi dalam negeri. Langkah ini diambil sebagai jaring pengaman harga di tingkat petani.


Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan penetapan HPP gabah dan beras ini dilakukan karena fluktuasi harga gabah sangat dipengaruhi oleh musim panen yang harga gabah bisa anjlok akibat lonjakan hasil panen. Sebaliknya, saat musim paceklik tiba, harga gabah mulai menaik sampai ada panen raya berikutnya.


“Penetapan HPP jelang panen raya memang sangat dibutuhkan sedulur petani. Ini dapat memberi kepastian harga untuk penyerapan Bulog dan terbukti dapat menjaga harga ditingkat produsen terhindar dari kejatuhan harga yang sangat mendalam saat panen raya,” kata Arief dalam keterangan persnya (15/7/2024).


Dalam publikasi “Evaluasi Statistik Harga Produsen Gabah 2023” yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Juli 2024, disebutkan sepanjang 2023, persentase kasus harga gabah di bawah HPP relatif lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini terjadi, dipengaruhi meningkatnya harga jual gabah dan permintaan dibandingkan tahun sebelumnya.


Lebih lanjut, dalam publikasi tersebut, BPS melaporkan persentase tertinggi kasus harga gabah di bawah HPP sempat terjadi pada April 2023 sebesar 22,75 persen di tingkat petani. Persentase ini mengalami penurunan secara perlahan di bulan-bulan berikutnya hingga di Desember 2023 berada di 0,12 persen. Persentase kasus harga gabah di bawah HPP disebutkan tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2022.


Sedangkan untuk perkembangan produksi beras di 2024 menurut Kerangka Sampel Area (KSA) BPS amatan Mei yang terbit pada minggu ketiga Juni lalu, April 2024 merupakan titik tertinggi estimasi produksi beras yang dapat mencapai 5,31 juta ton. Sementara puncak produksi beras di 2023 terjadi pada Maret di angka 5,13 juta ton.


Selanjutnya dari data KSA BPS amatan Mei, proyeksi produksi beras di Juni 2024 bisa meraih 2,02 juta ton. Lalu di Juli mulai naik ke 2,19 juta ton dan di Agustus 2,67 juta ton. Sementara menurut berita resmi statistik BPS terbitan 1 Juli 2024, rerata harga GKP pada April 2024 sempat berada di Rp 5.686 per kilogram (kg) dengan kadar air 20,74 persen dan mulai membaik mendekati HPP pada Juni 2024 berada di Rp 6.171 per kg dengan kadar air 19,68 persen.


“Di 2024 ini memang lebih menantang. Adanya kemunduran panen raya yang biasanya di Maret, ini kita lihat di tahun 2024 panen raya di April, sehingga pada awal April segera kita terapkan kebijakan fleksibilitas HPP gabah menjadi Rp6.000 per kilo. Tentunya ini sesuai arahan Bapak Presiden Jokowi yang meminta harga petani saat panen raya tidak boleh merosot tajam,” ujar Arief.(*)