EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyudahi perdagangan kemarin anjlok signifikan 2,21 persen menjadi 6.875. Itu terjadi ketika sentimen trade wars cenderung membaik. IHSG tembus support critical level 6.950. 

Secara teknikal, pelemahan tersebut merupakan validasi awal dari rectangle sebagai indikasi bearish continuation. Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dikabarkan memerintahkan U.S. Treasury Secretary, Scott Bessent menurukan 10-Year Bond Yield AS tanpa perlu pemangkasan suku bunga acuan the Fed. 

Kondisi itu, memicu kekhawatiran terjadi pengetatan likuiditas AS. Bagi Indonesia, di samping pengetatan likuiditas, kondisi ini berpotensi memicu rotasi ke obligasi jangka panjang, khususnya obligasi Pemerintah Indonesia karena berpotensi menawarkan return lebih menarik ketika dibanding U.S. Treasury Bonds. 

Dengan demikian, perkembangan kabar atau rumor itu, perlu dicermati perkembangannya. Realisasi tersebut akan berdampak negatif pada pasar saham Indonesia. IHSG dikhawatirkan masih akan bergerak di bawah level psikologis 7.000. Tepatnya, menjelajahi level support 6.800, dan resistance 7.000. 

Pelemahan mungkin akan mulai terbatas, mengingat terbentuk long lower-shadow dan indikasi oversold pada Stochastic RSI. Menilik data itu, Phintraco Sekuritas menyarankan investor mengoleksi saham Mayora (MYOR), Mitra Adiperkasa (MAPI), Sumber Alfaria (AMRT), Indofood (INDF), dan Bukalapak (BUKA). (*)