EmitenNews.com - Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) negara-negara Asia untuk menghadapi potensi meningkatnya utang dan pelarian modal karena suku bunga terus meningkat. Hal itu terjadi lantaran tingkat inflasi terus naik dari waktu ke waktu dan mencapai level tertinggi.


Peringatan itu datang ketika IMF memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi global dalam prospek ekonomi terbarunya dan memperingatkan tahun baru akan terasa seperti resesi di banyak bagian dunia. Kondisi itu tentu patut diwaspadai dan diantisipasi sebaik mungkin.


"Utang telah meningkat di Asia," kata Wakil Direktur IMF untuk Departemen Asia dan Pasifik Anne-Marie Gulde, dilansir dari CNBC International, Senin, 17 Oktober 2022.


"Pertama, utang sektor swasta naik sejak krisis keuangan global tetapi setelah covid utang sektor publik naik. Jadi apapun yang menggerakkan suku bunga global memberikan tantangan tambahan bagi ekonomi Asia," tambahnya.


"Kami telah melihat aliran modal meningkat, naik ke level yang terakhir kali kami lihat pada saat taper tantrum dan tentu saja apapun yang menaikkan suku bunga lebih lanjut akan melalui saluran ini akan berdampak pada biaya pinjaman di Asia. Ini adalah perhatian yang sangat penting yang kami miliki," tegasnya.


Taper tantrum di 2013 terjadi ketika investor bereaksi terhadap rencana Federal Reserve AS untuk mengurangi pelonggaran kuantitatif dengan menjual obligasi dengan cepat, memicu jatuhnya harga.


IMF memperingatkan bahwa tekanan utang lazim terjadi di banyak negara di Asia. Sedangkan negara-negara dengan mata uang yang terdepresiasi terhadap dolar AS lebih kuat dapat mengalami krisis biaya hidup lebih dalam. Misalnya, dolar AS melayang mendekati level tertinggi 24 tahun terhadap yen.


IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan melambat menjadi 2,7 persen pada 2023 .itu 0,2 poin persentase lebih rendah dari perkiraan Juli. Di Asia, IMF juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok menjadi 4,4 persen, turun 0,2 poin persentase dari perkiraan Juli.


IMF juga memangkas angka pertumbuhan ekonomi untuk kelompok ASEAN-5 yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam dengan jumlah yang sama menjadi 4,9 persen.(fj)