“Kehadiran Diaz Hendropriyono kemarin dalam International Federation of Technical Analyst (IFTA) 2023 mengindikasikan apresiasi bahwa ilmu Technical Analysis diakui oleh negara dimana  Diaz Hendropriyono menjadi perwakilan dari Presiden,” ungkap Indrawijaya.

 

Pada kesempatan yang sama Diaz Hendropriyono selaku Staf Ahli Presiden mengapresiasi bahwa ilmu Technical Analysis bisa menjaga satu disiplin ilmu. Ekonomi Indonesia yang mulai mengalami rebound pasca covid mengantar tingkat volume transaksi dan investor khususnya ritel itu bertambah di saat tidak ada kepastian, orang menggunakan Technical Analysis sehingga berdampak positif di mana negara lain ekonominya minus, Indonesia bisa tumbuh 5% sendiri. 

 

Pada event ini juga Bapak Hilmar Farid MA, Ph.D juga memberikan presentasi tentang “diversity” keanekaragaman Indonesia dan juga jalur rempah. Dimana di sesi ini, beliau menjelaskan bahwa Indonesia memiliki berbagai macam suku, Bahasa, budaya. Dan juga sudah memulai perdagangan komoditi (rempah-rempah) dari tahun 1600 an.

 

Nama-nama besar seperti John Bollinger.,CFA.,CMT., penemu indikator analisis teknikal terkenal Bollinger Band, Darryl Guppy, penemu dari Guppy Multiple Moving Averages atau Guppy MMA, Julius De Kempenaer penemu Relative Rotation Growth (RRG), Giovanni Trombetta (Quant Analyst), Wieland Arlt, CFTe., Presiden International Federation of Technical Analysts (IFTA) menjadi pembicara dari konferensi ini.

 

Untuk kedepannya IFTA berharap bahwa Technical Analyst menjadi salah satu disiplin ilmu untuk mengambil kebijakan ekonomi dan keputusan bertransaksi di Indonesia tapi juga dari berbagai negara lainnya. Ilmu Analisis teknikal di dunia terus berkembang dan masih terus digunakan baik oleh trader ritel maupun institusional.