EmitenNews.com - Wall Street menyudahi perdagangan kemarin dengan bervariasi. Itu ditunjukkan dengan indeks S&P 500, dan Dow Jones ditutup melemah. Investor masih khawatir soal perlambatan ekonomi, dan kenaikan inflasi menyusul Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bertahan pada kebijakan tarif.

Bahkan, Trump memperingatkan dapat lebih meningkatkan pungutan pada China. Pasar sempat pulih singkat menyusul rumor soal kemungkinan jeda 90 hari dalam penerapan tarif. Namun, Gedung Putih membantah kabar tersebut, dan menyebutnya sebagai ‘berita palsu’, dan indeks kembali tertekan. 

Saham-saham Wall Street telah terpukul sejak tarif besar-besaran Trump, berlaku pada seluruh impor ke AS dan pungutan jauh lebih tinggi pada beberapa mitra dagang utama. Di sisi lain, CBOE Volatility Index (VIX) melonjak hingga level 60, angka ekstrem yang biasanya hanya terjadi saat pasar bearish.

Sentimen utama pada perdagangan akan datang dari AS mengenai tarif resiprokal, dan pelemahan rupiah terhadap dolar AS (USD) masih berlanjut diperkirakan memberi tekanan pada pasar karena perdagangan baru kembali dibuka pasca-libur panjang. Di mana, pasar baru akan memberi respons atas sentimen tersebut.

So, sepanjang perdagangan hari ini, Selasa, 8 April 2025, indeks diprediksi bergerak volatil cenderung melemah. Indeks akan menyusuri kisaran support 6.200-6.000, dan resistance 6.650-6.800. Berdasar data itu, Retail Research CGS International Sekuritas Indonesia merekomendasikan sejumlah saham berikut.

Yaitu, London Sumatera Plantations (LSIP), Mitra Adiperkasa (MAPI), Indofood Sukses Makmur (INDF), Aneka Tambang alias Antam (ANTM), Hartadinata (HRTA), dan Japfa Comfeed (JPFA). (*)