Investor Tangkap Sinyal Agresif Fed, Indeks Saham Asia Dibuka Cenderung Melemah
EmitenNews.com - Indeks saham di Asia pagi ini Senin (11/4) dibuka variatif (mixed) dengan kecenderungan turun.
Penurunan terjadi setelah indeks saham utama di Wall Street berakhir variatif (mixed) akhir pekan lalu.
Secara mingguan indeks saham S&P 500 dan NASDAQ masing-masing turun 1.27% dan 3.86% sementara DJIA menciut 0.28%, memperpanjang penurunan menjadi 2 minggu beruntun.
"Investor bereaksi atas perubahan sikap bank sentral AS (Federal Reserve) yang memberi sinyal akan bertindak lebih agresif dalam memerangi inflasi," ulas analis Phillip Sekuritas, Dustin Dana Pramitha.
Notulen pertemuan kebijakan Federal Reserve (Fed Minutes) bulan Maret yang di rilis hari Rabu memperlihatkan pejabat the Fed menyepakati rencana pengurangan kepemilikan atas surat utang Pemerintah AS sebesar USD95 miliar per bulan. The Fed juga mempertimbangkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 bps pada pertemuan-pertemuan yang akan datang.
Sebelumnya, komentar dari gubernur Federal Reserve Lael Brainard telah menggeser fokus perhatian pasar dari kenaikan suku bunga ke jadwal perampingan Neraca Keuangan Federal Reserve. Di awal minggu lalu, Brainard memberi indikasi bahwa the Fed dapat memulai perampingan Neraca Keuangannya dengan laju yang cepat paling awal pada bulan Mei.
"Perubahan sikap Federal Reserve ini menyebabkan imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun merangkak naik menembus 2.7%, mendekati level tertinggi dalam 3 tahun. Padahal, yield masih berada di 2.38% pada minggu sebelumnya dan 1.63% di awal tahun ini," tambah Dustin.
Dollar Index, digunakan untuk mengukur nilai tukar mata uang USD terhadap sejumlah mata uang utama lain di dunia, naik ke atas level 100 untuk pertama kali dalam hampir 2 tahun di dorong oleh kulminasi dari beberapa faktor, mulai dari risiko geopolitik, ketidakpastian Pemilu di Perancis dan prospek kenaikan suku bunga acuan di AS.
Berkaitan dengan perang antara Rusia dan Ukrania, Uni Eropa (UE) telah secara resmi menjatuhkan paket kelima sanksi eknomi atas Rusia sejak menginvasi Ukrania. Paket sanksi ini mencakup pelarangan impor batubara, kayu, bahan kimia dan berbagai produk lainnya dari Rusia.
Di pasar komoditas, harga kontrak berjangka (futures) minyak mentah naik sekitar 2% pada hari Jumat namun secara mingguan mencatatkan penurunan selama 2 miggu beruntun dengan harga minyak mentah jenis Brent turun 1.5% sementara harga minyak mentah jenis WTI merosot 1%.
Untuk hari ini, investor menantikan rilis data inflasi (CPI dan PPI) bulan Maret Tiongkok. Phillip Sekuritas memperkirakan IHSG hari ini cenderung berarish di kisaran 7,165-7,235. Adapun saham yang diunggulkan adalah sebagai berikut.
LSIP
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 1470
Target Price 1 : 1540
Target Price 2 : 1565
Stop Loss : 1400
SAME
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 420
Target Price 1 : 450
Target Price 2 : 478
Stop Loss : 390
DYAN
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 77
Target Price 1 : 83
Target Price 2 : 87
Stop Loss : 71
BULL
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bearish
Trade Buy : 169
Target Price 1 : 184
Target Price 2 : 198
Stop Loss : 156.(fj)
Related News
IHSG Akhir Pekan Ditutup Naik 0,77 Persen, Telisik Detailnya
BKPM: Capai Pertumbuhan 8 Persen Butuh Investasi Rp13.528 Triliun
Hati-hati! Dua Saham Ini Dalam Pengawasan BEI
BTN Raih Predikat Tertinggi Green Building
IHSG Naik 0,82 Persen di Sesi I, GOTO, BRIS, UNVR Top Gainers LQ45
Perkuat Industri Tekstil, Wamenkeu Anggito Serap Aspirasi Pengusaha