EmitenNews.com - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) meminta meminta BUMN PT Telkom Tbk (TLKM dan anak usahanya, yakni PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) terus berbenah dan mempersiapkan diri untuk hadapi pesaing lain di dunia industri telekomunikasi. Permintaan tersebut menyusul akan dilepasnya saham Mitratel sebesar 29,85 persen ke publik melalui Penawaran Publik Perdana atau Initial Public Offering (IPO) yang melantai di bursa saham.

“Telkom dan mitranya terus berbenah dan mempersiapkan diri untuk menghadapi pesaing-pesaing yang lain. Maka dalam rapat tadi kami meminta agar surat pernyataan efektif dari OJK itu segera dikeluarkan supaya IPO ini tetap di bulan November 2021,” jelas Andre di sela-sela Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI dengan Direktur Utama PT Telkom Indonesia dan Dirut PT Dayamitra Telekomunikasi terkait pembahasan progres IPO Mitratel, di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta.


Proses IPO Mitratel tersebut saat ini masih menunggu dokumen terakhir dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebelum memulai IPO secara efektif. Dengan adanya IPO Mitratel ini, diharapkan akan meningkatkan valuasi Grup Telkom, lantara valuasi Mitratel diperkirakan meningkat secara signifikan pasca-go public. Rencananya, emiten yang memiliki kode saham MTEL ini, akan melepas sahamnya tersebut pada 22 November 2021.

Sehingga melalui IPO ini akan meraup dana segar hingga Rp25 triliun untuk kegiatan bisnis termasuk pengembangan jaringan telekomunikasi 5G. “Yang kedua, kita juga minta kepada Kementerian Kominfo agar mempersiapkan spektrum untuk persiapan 5G ini. Jangan sampai nanti IPO sudah selesai uangnya sudah siap, tetapi infrastruktur spektrumnya yang dibutuhkan 100 mega ini belum dipersiapkan oleh Kementerian Kominfo," tegas Anggota Fraksi Partai Gerindra DPR RI ini.


Menurut Andre, infrastruktur jaringan telekomunikasi ini harus dibangun serius. Sebab, teknologi 5G merupakan suatu keniscayaan yang harus sudah diterapkan dalam empat tahun mendatang. “Jadi, mau nggak mau Telkom dan bukan hanya Mitratel, nanti kompetitor Mitratel juga akan membangun infrastruktur 5G,” tegas Andre.

Dalam kesempatan itu, Dirut Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengungkapkan perusahaannya akan melebarkan lini bisnis pasca-IPO ini. Dari yang saat ini, sebagai penyedia menara telekomunikasi, menjadi perusahaan infrastruktur termasuk dalam pengembangan jaringan 5G. “Kami tidak semata mengembangkan bisnis tower saja. Tapi kita juga akan mengembangkan untuk menjadi infrastructure company yang nantinya akan siap men-support era 5G maupun kelanjutannya," ujar Ardi.

 

Disisi lain, Anggota Komisi VI DPR  RI Daeng Muhammad meminta anak perusahaan PT Telkom, yakni PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) untuk memperjelas strategi kompetisi dalam bisnis telekomunikasi. Hal ini bertujuan agar Mitratel mampu berkompetisi dengan para pemodal (capital) untuk mendapatkan Initial Public Offering (IPO) sebesar Rp24 triliun dalam rangka pengembangan bisnis. Daeng mengatakan hal ini, sebab menurutnya undang-undang telah memberikan keterbukaan bagi siapa pun untuk dapat berbisnis dalam dunia telekomunikasi. 

“Strateginya seperti apa, pengembangannya seperti apa? Sehingga Mitratel mampu berkompetisi dengan para pemodal dari IPO yang ditarik sekitar Rp24 triliun itu. Jadi, apa saja yang ingin dilakukan?” tanya Daeng dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Dirut PT Telkom Indonesia dan Dirut Mitratek terkait pembahasan progres IPO Mitratel.

Anggota Fraksi PAN DPR RI ini juga meminta kejelasan sikap optimistis Mitratel yang akan lakukan IPO pada pertengahan Bulan November 2021. Sebab, menurutnya, jika dilihat dalam pertengahan bulan Juni tahun 2021, laba bruto yang dimiliki Mitratel sekitar Rp1,6 triliun. Namun, memiliki beban usaha sekitar Rp1,3 triliun yang dikurangi dengan beban pajak dan lain-lain, maka keuntungan bersih sekitar Rp700 miliar.

“Yang saya pertanyakan adalah jika IPO ini sukses dilakukan oleh Mitratel ketariklah uang yang tadi dilepas saham Mitratel itu sekitar 25 persen ke publik. Artinya, publik mampu menguasai dan mengambil bagian saham Mitratel sekitar 25 persen, yaitu setara nilainya sekitar 24 triliun,” tambah Daeng.


Diketahui, PT Mitratel adalah anak perusahaan PT Telkom Indonesia yang bergerak sebagai provider bisnis penyediaan menara pemancar telekomunikasi dan infrastruktur bagi beberapa operator telekomunikasi di Indonesia. Harga saham yang ditetapkan oleh Mitratel yakni Rp800 per saham yang akan berlangsung pada tanggal 16-18 November 2021 dan listing di bursa saham pada 22 November 2021 mendatang.