Kekhawatiran Terhadap Inflasi dan Tekan Indeks Asia di Akhir Pekan
EmitenNews.com - Indeks saham di Asia sore ini Jumat (29/10) ditutup variatif (mixed) dengan kecenderungan turun, tertekan oleh kekhawatiran atas laju pertumbuhan ekonomi dan tekanan inflasi.
"Investor, khususnya di pasar obligasi dan valuta asing (Valas) juga mengkhawatirkan respon bank sentral di dunia terhadap lonjakan inflasi," ulas analis Phillip Sekuritas, Dustin Dana Pramitha.
Menurutnya fokus perhatian investor tertuju pada pertemuan kebijakan bank sentral AS (The Federal Reserve atau the Fed) minggu depan di mana the Fed kemungkinan besar akan mengumumkan rencana pengurangan (tapering) program pembelian obligasi yang di mulai pada awal pecahnya pandemik.
Program pembelian obligasi ini selama satu setengah tahun belakangan memegang peranan kunci dalam mendorong kenaikan laju pertumbuhan ekonomi AS dan trend bullish di indeks saham Wall Street.
Menyusul bank sentral di negara lain seperti Korea Selatan, Selandia Baru dan Singapura, the Fed harus memutuskan kapan menaikkan suku bunga acuan. Konsensus yang semakin kuat mengarah pada pertengahan 2022.
"Sebelumnya, pada hari Kamis, investor merasa sedikit kecewa setelah bank sentral Eropa (ECB) memutuskan untuk tidak melakukan perubahan pada program stimulus moneternya, meskipun berencana mengakhiri program itu pada bulan Maret 2022," kata Dustin.
Di Asia, muncul spekulasi yang semakin kuat bahwa bank sentral Australia (RBA) tidak akan mampu mempertahankan petunjuk (guidance) bahwa suku bunga acuan Cash Rate akan tetap di 0.1% hingga 2024. Ini setelah hari ini RBA kembali menolak melakukan pembelian obligasi Pemerintah Australia bertenor 3 tahun untuk mempertahankan imbal hasil (yield) tetap sesuai target 0.1%.
Akibatnya, investor melakukan aksi jual di tengah ketidakpastian prospek ekonomi Australia ke depan. Minggu ini saja, imbal hasil surat utang Pemerintah Australia bertenor 3 tahun sudah lompat 33 bps menjadi 1.08%, tertinggi sejak 2009. Padahal, bulan lalu yield masih berada di 0.30%.
Dari sisi makroekonomi, investor mencerna rilis data Penjualan Ritel Australia yang tumbuh 1.3% M/M di bulan September, lebih tinggi dari estimasi pertumbuhan 0.2%.
Di Eropa, ekonomi Perancis secara tak terduga tumbuh pesat 3% Q/Q di 3Q21, lebih baik dari estimasi pertumbuhan 2.1% dan menyusul ekspansi 1.3% Q/Q di 2Q21.
Statistik
IHSG: 6,591.35 | +67.27 poin |(+1.03%)
Volume (Shares) : 24.3 Billion
Total Value (IDR) : 12.9 Trillion
Market Cap (IDR) : 8,117.8 Trillion
Foreign Net BUY (RG): IDR 240.8 Billion
Saham naik : 327
Saham turun : 188
Sektor Pendorong Indeks:
Teknologi : +65.18 poin
Keuangan : +20.36 poin
Barang Baku : +19.01 poin
Top Gainers:
AALI : 10,725| +700| +6.98%
DCII : 47,200| +675| +1.45%
ARTO : 15,500| +650| +4.38%
UNTR : 23,550| +550| +2.39%
PTSP : 5,225| +505| +10.70%
Top Losers:
ITMG : 21,600| -875| -3.89%
IBST : 8,300| -550| -6.21%
BYAN : 26,000| -500| -1.89%
MREI : 4,150| -250| -5.68%
DSSA : 31,000| -200| -0.64%.(fj)
Related News
IHSG Akhir Pekan Ditutup Naik 0,77 Persen, Telisik Detailnya
BKPM: Capai Pertumbuhan 8 Persen Butuh Investasi Rp13.528 Triliun
Hati-hati! Dua Saham Ini Dalam Pengawasan BEI
BTN Raih Predikat Tertinggi Green Building
IHSG Naik 0,82 Persen di Sesi I, GOTO, BRIS, UNVR Top Gainers LQ45
Perkuat Industri Tekstil, Wamenkeu Anggito Serap Aspirasi Pengusaha