EmitenNews.com - PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 30 miliar hingga Rp 50 miliar di tahun 2022. Manajemen mengungkapkan, dana tersebut merupakan capex rutin yang akan digunakan untuk pengembangan bisnis distribusi.

 

Adapun Capex akan didanai dari kas perusahaan. Saat ini, IRRA memiliki likuiditas yang kuat. Di sisi lain, IRRA juga memiliki ruang leverage yang besar.

 

IRRA menambah 111 jaringan distribusi sub distributor tahun lalu, menjadi 123 sub distribustor per akhir tahun 2021. Oleh karenanya, jumlah pelanggan IRRA turut meningkat hingga 140% menjadi 1.137 pelanggan.

 

IRRA memang tengah fokus memperbesar segmen non-pemerintah karena pertumbuhan segmen ini masih tinggi. Adapun penjualan IRRA untuk segmen non-pemerintah sepanjang tahun 2021 memang naik signifikan hingga 247% yoy menjadi Rp 663,8 miliar. Sementara itu, penjualan untuk segmen pemerintah tumbuh 76% yoy menjadi Rp 655,1 miliar.

 

Asal tahu saja, di tahun 2021, pendapatan IRRA tercatat naik signifikan 134% yoy menjadi Rp 1,32 triliun. Tahun 2020, pendapatanya dibukukan Rp 563,9 miliar.

 

Dilihat dari produknya, penjualan IRRA tahun lalu ditopang oleh rapid test Covid-19. Pratoto melihat, produk ini bisa menjadi penopang karena terjadi puncak pandemi Covid -19 di tahun 2021, sehingga permintaan produk rapid test Covid mengalami kenaikan signifikan.

 

PT Itama Ranoraya (IRRA) membukukan total pendapatan sepanjang 2021 senilai Rp1,32 triliun. Melesat 134 persen dibanding periode sama 2020 di kisaran Rp563,9 miliar. Kontributor terbesar penjualan segmen non-pemerintah Rp663,8 miliar atau tumbuh 247 persen.

 

Kemudian, penjualan Itama Ranoraya untuk segmen pemerintah tumbuh 76 persen menjadi Rp655,1 miliar. Menyusul hasil itu, porsi penjualan non-pemerintah terhadap total pendapatan meningkat menjadi 50,3 persen dari edisi sama 2020 di level 34 persen,” tutur Direktur Utama PT Itama Ranoraya, Heru Firdausi Syarif, Selasa (8/2).



Berdasar produk, penjualan rapid test Covid-19 menyumbang 71 persen terhadap total pendapatan atau mencapai Rp939 miliar. Sebanyak 51 persen penjualan rapid test Covid-19 dari penjualan non-pemerintah yaitu korporasi dan ritel. Lalu, sisa 49 persen dari pemerintah. Sementara penjualan produk Auto Disable Syringe (ADS) Oneject mencapai 11 persen, Abbott Reagent 10 persen, Mesin Aphresis (Blood & Cell Therapy) 3 persen.